Sadar Asuransi Penting, Kenapa Banyak Warga RI Belum Punya?

Jakarta, CNBC Indonesia – Masyarakat Indonesia banyak yang telah paham akan asuransi. Namun, kepahaman ini tidak diiringi dengan inklusi industri dan kemampuan untuk membeli premi asuransi.

Read More

Hal ini direpresentasikan melalui data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dimana literasi keuangan terkait asuransi tercatat sebesar 31%, lebih besar dari inklusinya yang masiih 16%. Bahkan untuk dana pensiun (dapen) inklusinya lebih rendah yaitu 5,4%.

Menurut Senior Executive Vice President IFG Progress Reza Y Siregar, hal ini bisa terjadi akibat fenomena Chicken and Egg, dimana masyarakat perlu memiliki penghasilan di level tertentu agar bisa membeli asuransi.

“Menurut survei kita di beberapa universitas itu mahasiswa, atau Generasi Z itu mengerti akan asuransi, tapi purchasing powernya tidak ada. Ada minimum pendapatan, baru asuransi jadi barang yang dipertimbangkan untuk dibeli,” ujar Reza di Konferensi Pers IFG International Conference 2023, di Jakarta, Selasa, (19/9/2023).

Setali tiga uang, Senior Research Associate IFG Progress Ibrahim Kholilul mengatakan, masyarakat yang bergaji di bawah Rp4 juta per bulan cenderung tidak mau membeli asuransi.

“Kalau pendapatannya minimal 4 juta per bulan di pendapatan, itu baru orang baru milih mau beli asuransi dan dapen,” papar Ibra.

Sebagai gambaran saja, Upah Minimum Regional (UMR) di DKI Jakarta hingga saat ini berisar di angka Rp4.901.798. Sementara berdasarkan survei yang dirilis oleh Salary Explorer tahun 2023, gaji rata-rata karyawan di Indonesia ternyata adalah Rp 3.070.000 per bulan.

Sementara untuk sektor dapen, persoalan ini diperparah dengan fenomena dimana sebagian besar masyarakat Indonesia masih banyak bekerja di sektor informal. Sektor informal cenderung tidak mewajibkan pekerjanya memiliki dana pensiun.

Selain faktor penghasilan, gender ternyata juga memainkan peranan penting dari capaian literasi dan inklusi industri asuransi. Menurut survei IFG Progress, Laki-laki cenderung lebih mengerti aan asuransi daripada perempuan. Namun, justru perempuan yang lebih mau menempatkan dananya di asuransi.

Jika ditarik garis yang lebih luas lagi, faktor makro juga menaruh peran yang besar. Menurut riset, jika Pendapatan Domestik Bruto (PDB) meningkat, maka daya beli masyarakat meningkat, hal ini membuat masyarakat cenderung lebih mudah mengeluarkan uang untuk membayar premi asuransi.

[Gambas:Video CNBC]



Artikel Selanjutnya


2 Bulan SEOJK PAYDI Efektif, Prudential Lakukan Adaptasi Ini

(fsd/fsd)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts