Serangan Israel ke Iran Jadi Sorotan, Dolar Ditutup Naik ke Rp16.250


Read More

Jakarta, CNBC Indonesia – Rupiah terpuruk terhadap dolar Amerika Serikat (AS) disaat ketegangan Timur Tengah antara Iran dan Israel kembali mencuat ke publik dan bank sentral AS (The Fed) yang bersikap hawkish.

Dilansir dari Refinitiv, rupiah ditutup melemah 0,49% di angka Rp16.250/US$ pada hari ini (19/4/2024). Secara mingguan rupiah juga terpantau ambles 2,59%.

Sementara DXY pada pukul 14:51 WIB turun ke angka 106,08 atau melemah 0,06%. Angka ini lebih rendah jika dibandingkan dengan penutupan perdagangan kemarin (18/4/2024) yang berada di angka 106,15.



Sentimen pendorong pergerakan rupiah hari ini didominasi oleh kekhawatiran pelaku pasar perihal situasi di Timur Tengah khususnya antara Iran dan Israel.

Sebagaimana diberitkan sebelumnya, Israel meluncurkan rudal sebagai serangan balasan terhadap Iran pada Jumat (19/4/2024) dini hari. Hal itu diungkap pejabat senior AS kepada ABC News.

Peluncuran rudal tersebut merupakan aksi balas dari serangan Iran pada Sabtu lalu, di mana negara tersebut mengirimkan lebih dari 300 drone dan rudal tanpa awak ke sasaran di seluruh negeri. Beberapa berhasil dicegat oleh Israel dan sekutunya, termasuk Amerika Serikat, kata para pejabat.

Mengatasi hal tersebut, Iran mulai mengaktifkan sistem pertahanan udaranya di beberapa kota. Hal itu menyusul terdengarnya ledakan di dekat pusat kota Isfahan.

“Pertahanan udara Iran telah diaktifkan di langit beberapa provinsi di negara itu,” kata kantor berita IRNA.

Bahkan Stasiun TV Pemerintah Iran melaporkan ada tiga drone yang melintas di langit Kota Isfahan. Ketiga drone itu dihancurkan usai sistem pertahanan udara negara tersebut diaktifkan. Demikian laporan Reuters yang dikutip BBC hari ini.

Selain itu, fokus investor juga terpengaruh oleh pernyataan pejabat The Fed yang memberi sinyal tersirat bahwa bank sentral akan tetap hawkish karena inflasi yang masih di atas target.

“Data yang lebih baru menunjukkan pertumbuhan yang solid dan kekuatan yang berkelanjutan di pasar tenaga kerja, namun juga kurangnya kemajuan lebih lanjut sepanjang tahun ini karena kembalinya target inflasi 2%,” kata Ketua Fed dalam diskusi panel.

Hal ini menunjukkan bahwa sikap higher for longer masih cenderung akan diambil oleh The Fed setidaknya dalam jangka waktu dekat mengingat data yang ada saat ini masih cukup kuat. Hal ini berujung pada tekanan terhadap mata uang lainnya.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[Gambas:Video CNBC]


Artikel Selanjutnya


Data Ketenagakerjaan AS Membaik, Rupiah Melemah Tipis

(rev/rev)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts