Stok Tembaga Global Menipis, Aksi Jokowi Bisa Guncang Pasar?

Jakarta, CNBC Indonesia – Hilirisasi menjadi paket kebijakan utama yang diprioritaskan oleh Presiden RI Joko Widodo (Jokowi). Hal ini dilakukan agar peningkatan nilai tambah komoditas dapat dirasakan oleh masyarakat lewat geliat pertumbuhan ekonomi.

Read More

Setelah sukses melakukan hilirisasi untuk komoditas nikel, Jokowi telah mengumumkan larangan ekspor untuk komoditas bauksit mulai Juni tahun ini dan menyebut aturan yang sama juga akan dilakukan untuk komoditas lain termasuk emas dan tembaga.

Meski saat ini belum secara resmi mengumumkan kebijakan terkait pelarangan ekspor bijih tembaga, namun Jokowi telah memberikan sinyal tersebut dalam acara Mandiri Investment Forum 2023 awal bulan ini.

“Ini nikel sudah setop. Saya sudah sampaikan lagi, bauksit di Desember kemarin, bauksit setop bulan Juni. Nanti sebentar lagi, mau saya umumkan lagi tembaga setop, tahun ini setop,” kata Presiden, melansir rilis resmi Sekretariat Kabinet RI.

Jokowi menyebut penghentian ekspor tembaga mentah didasari oleh progres pembangunan smelter di Gresik, Jawa Timur dan Nusa Tenggara Barat (NTB) yang sudah mencapai lebih dari 50 persen. Presiden RI tersebut juga menegaskan akan terus melanjutkan kebijakan hilirisasi pertambangan meskipun mendapatkan gugatan dari negara lain dan meyakini bahwa kebijakan tersebut akan melompatkan Indonesia dari negara berkembang menjadi negara maju.

“Kita harapkan di 2045, GDP kita, PDB kita akan berada di angka perkiraan saya 9-11 triliun Dolar AS. Income per kapita kita kalau kita konsisten, income per kapita kita berada di angka 21-29 ribu Dolar AS, jadi negara maju kita,” pungkasnya.

Pasokan Tembaga Global Akan Semakin Ketat

Kebijakan Jokowi terkait hilirasi akan berdampak besar bagi pasar tembaga global, apalagi jika diterapkan sebelum pembangunan dua smelter milik PT Freeport Indonesia dan PT Amman Mineral Nusa Tenggara dapat beroperasi dengan kapasitas penuh. Kedua smelter tersebut paling cepat baru dapat beroperasi pada tahun 2024.

Apabila pemerintah mulai menetapkan pelarangan ekspor mulai tahun ini seperti yang diterapkan pada komoditas tembaga dan tidak lagi memberikan relaksasi ekspor, harga komoditas tersebut dapat melonjak karena kelangkaan pasokan global.

Tidak hanya dari Indonesia, potensi krisis pasokan tembaga juga datang dari sejumlah negara lain, termasuk Chile dan Peru yang merupakan produsen utama tembaga yang dikonsumsi secara global.

Kerusuhan dan protes anti pemerintah di Peru yang merupakan produsen terbesar kedua ikut mengancam pasokan tembaga global. Hal ini telah berkontribusi pada reli lebih dari 20% akan harga logam tersebut sejak posisi terendah akhir September. Peristiwa di Peru menyoroti risiko terhadap pasokan tembaga global, memperkuat prediksi bullish jangka panjang untuk logam tersebut.

Meskipun laporan menunjukkan tambang di Peru masih beroperasi lancar, risiko penutupan belum hilang sepenuhnya. Perhimpunan Pertambangan, Perminyakan, dan Energi Nasional memperkirakan ada potensi 30% dari pasokan tembaga negara itu – sekitar 2,4 juta ton per tahun, atau sekitar 11 persen dari total tambang dunia – berada dalam risiko.

Sementara itu perusahaan tambang global Anglo American Plc akhir tahun lalu mengungkapkan memangkas perkiraan produksi tembaga untuk tahun 2023 karena kadar bijih yang kurang sesuai di tambang negara tersebut.

Selain itu dilaporkan Reuters, produksi tembaga di Chile juga akan tumbuh dengan laju yang lebih lamban dari proyeksi sebelumnya. Produksi puncak tembaga di negara tersebut diprediksi baru akan tercapai pada 2030 sebesar 7,14 ton, lebih lama dan lebih kecil dari proyeksi sebelumnya di tahun 2028 sebesar 7,62 ton.

Tahun ini harga sejumlah komoditas logam utama telah pulih, terangkat oleh pembukaan kembali ekonomi China dan pasokan global yang rendah.

Selain pembukaan kembali yang lebih cepat dari perkiraan di China, Eropa yang mampu melewati musim dingin tanpa krisis energi yang signifikan ikut mengangkat permintaan. Selanjutnya tanda-tanda ketahanan ekonomi AS yang tidak terduga telah meningkatkan harapan akan permintaan yang kuat di masa depan.

Tembaga juga memiliki peran sentral logam tersebut untuk transisi energi, termasuk membuat untuk penyediaan sejumlah infrastruktur energi hijau. Diharapkan permintaan akan logam berwarna kemerahan ini akan mengalami kenaikan yang berkelanjutan. Namun, sejumlah tantangan yang telah disebutkan sebelumnya dapat menjadi ganjalan utama dan menaikkan harga tembaga secara signifikan.

Pada presentasi kinerja keuangan kuartal IV-2022 baru-baru ini, Freeport-McMoRan, salah satu penambang tembaga terbesar di dunia, mengatakan akan melakukan lebih banyak investasi modal pada tahun 2023. Analis juga mengharapkan perusahaan untuk memperpanjang program pembelian kembali saham (buyback) yang agresif sejak tahun lalu.

Perusahaan meningkatkan beberapa operasi di tambang yang ada di Indonesia, tetapi mengatakan industri tembaga tidak memiliki cukup investasi yang direncanakan untuk mengisi kekurangan yang diharapkan dalam jangka panjang.

“Tidak ada cukup tembaga di dunia saat ini,” kata Chief Executive Freeport Richard Adkerson. “Jumlah tembaga sangat tidak mencukupi sehubungan dengan meningkatnya permintaan yang signifikan.”

TIM RISET CNBC INDONESIA

[email protected]

[email protected]

[Gambas:Video CNBC]


Artikel Selanjutnya


Dear Pak Jokowi, Ada Asing yang Incar Mineral RI Nih!

(fsd/fsd)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts