Suku Bunga Jepang Ikut Menentukan Nasib Rupiah Hari Ini


Jakarta, CNBC Indonesia – Gerak rupiah dalam melawan dolar Amerika Serikat (AS) masih potensi fluktuatif hari ini, Selasa (19/3/2024). Pasalnya, akan ada agenda penting dari bank sentral di beberapa negara, mulai dari Jepang, China, AS, hingga Indonesia.

Read More

Melansir data Refinitiv, pada perdagangan kemarin, Senin (18/3/2024) rupiah ditutup melemah 0,61% ke angka Rp15.685/US$. Depresiasi ini melanjutkan pelemahan yang satu hari sebelumnya (17/3/2024) sebesar 0,1%.


Rupiah melemah sejalan dengan tekanan dari yield US Treasury yang terus menguat ke level 4,32% setara dengan level tertingginya pada akhir Februari lalu.

Pada perdagangan kemarin, indeks dolar AS (DXY) juga sempat menguat lagi ke posisi tertinggi di 103,51. Level ini menandai DXY mulai merangkak ke posisi yang sama sejak terkoreksi pada 5 Maret lalu.

Pasar keuangan RI tampaknya masih akan volatile akibat tekanan indeks dolar AS dan DXY masih akan berlanjut lantaran pelaku pasar cenderung wait and see keputusan bank sentral beberapa negara seperti Jepang, China, AS, termasuk Indonesia.

Bank sentral Jepang diketahui akan mengumumkan keputusan suku bunga pada hari ini, pasar memperkirakan suku bunga negeri sakura ini akan naik ke 0% dari sebelumnya -0,1%. Jika, ini benar terjadi maka tren suku bunga ultra longgar di level negatif akan berakhir setelah dipertahankan selama 17 tahun.

Kebijakan Jepang ini memang cukup unik dibandingkan dengan negara lainnya yang sedang berada di era suku bunga tinggi dan masih menghadapi tren higher for longer.

Berikutnya untuk pertemuan bank sentral China dan Bank Indonesia (BI) diketahui akan berlangsung di hari yang sama pada Rabu (20/3/2024). Pasar memproyeksi kedua bank sentral ini masih akan mempertahankan suku bunga.

Bank sentral AS, The Federal Reserve (The Fed) juga tampaknya akan mempertahankan suku bunga pada pertemuan FOMC pekan ini. Keputusan the Fed merupakan hal yang sangat dinanti-nanti pasar lantaran akan mempengaruhi berbagai asset class secara signifikan.
Selain suku bunga, pasar juga menanti bagaimana pandangan the Fed terhadap kondisi ekonomi terkini. Pasalnya, indikator ekonomi pekan lalu menunjukkan pasar tenaga kerja dan inflasi yang masih panas.

Pelaku pasar melihat gabungan dua indikator inflasi yang panas ditambah pasar tenaga kerja ketat akan membuat potensi penurunan suku bunga pada Juni semakin menyusut. CME FedWatch Tool kini melihat peluang pemangkasan pada pertengahan tahun ini menjadi 55%, sudah semakin turun dibandingkan pekan sebelumnya yang nyaris ke level 60%.

Teknikal Rupiah

Secara teknikal dalam basis waktu per jam, rupiah mulai terlihat melemah, posisi saat ini sangat rawan rupiah melemah menembus ke atas level psikologis Rp15.700/US$. Jika posisi ini ditembus, maka rupiah potensi melemah lagi ke resistance selanjutnya di Rp15.725/US$ yang didapatkan dari garis lurus yang ditarik dari high candle intraday pada 28 Februari 2024.

Kendati begitu, jika ada penguatan pelaku pasar bisa mencermati posisi support terdekat di Rp15.645/US$ yang didapatkan dari garis rata-rata selama 20 jam atau Moving Average/MA 20.




Foto: Tradingview
Pergerakan rupiah melawan dolar AS dalam basis waktu per jam

CNBC INDONESIA RESEARCH

[Gambas:Video CNBC]


Artikel Selanjutnya


The Fed Masih Hawkish, Akankah Rupiah Tahan Banting Hari Ini?

(tsn/tsn)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts