Suku Bunga The Fed Bisa 5,5%, Awas Rupiah Jeblok Lagi

Jakarta, CNBC Indonesia – Rupiah terpuruk melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Senin kemarin, dan ada risiko berlanjut lagi pada perdagangan Selasa (7//2/2023).

Berdasarkan data Refinitiv, rupiah merosot lebih dari 1% ke Rp 15.050/US$, sebabnya pasar yang melihat ada kemungkinan bank sentral AS (The Fed) bertindak lebih agresif tahun ini.

Read More

Hanya dalam waktu beberapa hari saja, pelaku pasar kembali merubah ekspektasinya terkait suku bunga The Fed.

Sebelumnya pasar melihat puncak suku bunga The Fed berada di kisaran 4,75% – 5%. Tetapi, ekspektasi tersebut kini kembali ke posisi awal, yakni 5% – 5,25%.

Hal itu terlihat dari perangkat FedWatch milik CME Group. The Fed kini diperkirakan akan menaikkan suku bunga masing-masing 25 basis poin pada Maret dan Mei.

Yang mengkhawatirkan tentunya jika The Fed menaikkan suku bunga lebih tinggi lagi akibat inflasi yang bandel.

Saat ini pelaku pasar melihat ada peluang sebesar 26% The Fed menaikkan suku bunga menjadi 5,25% – 5,5% pada Juni.

Dolar AS pun langsung melesat dan berisiko membuat rupiah terpuruk.

Secara teknikal, rupiah kini kembali mendekati Rp 15.090/US$, yang akan menjadi kunci pergerakan.

Level tersebut merupakan Fibonacci Retracement 50%, yang ditarik dari titik terendah 24 Januari 2020 di Rp 13.565/US$ dan tertinggi 23 Maret 2020 di Rp 16.620/US$.

Rupiah yang disimbolkan USD/IDR saat ini masih berada di bawah rerata pergerakan 50 hari (moving average 50/MA 50), MA 100 dan 200 yang tentunya memberikan peluang penguatan lebih lanjut.

Namun, beberapa indikator juga menunjukkan risiko koreksi rupiah.


Grafik: Rupiah (USD/IDR) Harian
Foto: Refinitiv 

Indikator Stochastic pada grafik harian berada di wilayah jenuh jual (oversold) dalam waktu yang lama, dan baru mulai naik Senin kemarin.

Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.

Stochastic yang mencapai jenuh jual tentunya memperbesar risiko koreksi.

Rp 15.090/US$ kini menjadi resisten terdekat dan kuat, jika ditembus dengan konsisten ada risiko rupiah melemah lebih jauh.

Sementara level psikologis Rp 15.000/US$ menjadi support terdekat, jika ditembus rupiah punya peluang ke kisaran Rp 14.960/US$.

Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

[Gambas:Video CNBC]


Artikel Selanjutnya


Dolar AS Babak Belur! Rupiah Melesat Dekati Rp 15.100/US$

(pap/pap)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts