Tenaga Habis, IHSG Kayaknya Ditutup Melemah

Jakarta, CNBC Indonesia – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah di penutupan sesi I, Kamis (27/7/2023).

Menurut data Bursa Efek Indonesia (BEI), IHSG turun 0,18% ke 6.935,44, dengan nilai transaksi Rp5,53 triliun dan volume perdagangan 10,02 miliar saham.

Read More

Sebanyak 237 saham naik, 275 turun, dan 222 saham stagnan.

Pergerakan IHSG cenderung volatil, di mana IHSG sempat menguat di awal perdagangan sesi I hari ini, kemudian terkoreksi.

Koreksi IHSG terjadi setelah bank sentral Amerika Serikat (AS), Federal Reserve (The Fed) mengumumkan hasil rapat dua harinya dini hari tadi waktu Indonesia.

The Fed kembali menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 basis point (bp) menjadi 5,25-5,5%, setelah pada pertemuan sebelumnya yakni edisi Juni 2023 menahan suku bunga acuannya.

Dengan kenaikan tersebut, suku bunga The Fed (Federal Fund Rate/FFR) sudah naik sebanyak 11 kali dengan total kenaikan sebesar 525 bp sejak Maret 2022. Suku bunga di level 5,25-5,5% saat ini adalah yang tertinggi sejak 2001 atau 22 tahun terakhir.

Kenaikan suku bunga sebesar 25 bp memang sudah sesuai ekspektasi pasar. Tetapi, yang membuat pasar kecewa adalah The Fed masih membuka kemungkinan kenaikan ke depan tergantung pada perkembangan data ekonomi.

Padahal, pasar berekspektasi jika kenaikan pada Juli akan menjadi yang terakhir pada tahun ini.

Chairman The Fed, Jerome Powell menjelaskan keputusan suku bunga akan sangat tergantung pada data yang berkembang.

“Bisa saya katakan ada kemungkinan bahwa kami akan menaikkan suku bunga kembali di September jika datanya meyakinkan,” tutur Powell.

Namun, Powell juga mengindikasikan ada peluang The Fed untuk menahan suku bunga ke depan jika datanya mendukung.

“Saya juga bisa katakan ada peluang bagi kami untuk memilih menahan suku bunga. Kami akan melakukan penilaian secara hati-hati darimeetingkemeeting,” imbuh Powell.

Belum jelasnya kebijakan The Fed ke depan akan menimbulkan lebih banyak ketidakpastian global karena investor harus menunggu dan mempertimbangkan rilis data ekonomi AS terbaru.

Alhasil, investor akan cenderung kembaliwait and seedan membuat pasar saham kembali mengalami volatilitas yang tinggi.

Analisis Teknikal




Foto: Refinitiv
Teknikal IHSG

IHSG dianalisis berdasarkan periode waktu 1 jam (hourly) menggunakan moving average (MA) dan Fibonacci retracement untuk mencari resistance dan support terdekat.

Usai berhasil menembus dan bertahan di atas MA 200, yang biasanya digunakan sebagai penanda suatu saham/indeks saham berada dalam posisi uptrend, IHSG juga masih di atas Fibonacci 78,6% (6.880) yang menjadi resistance penting akhir-akhir ini.

Pada sesi I, IHSG masih tertahan di bawah resistance penting berupa Fibonacci 100% (6.972).

Pergerakan IHSG juga dilihat dengan indikator teknikal lainnya, yakni Relative Strength Index (RSI) yang mengukur momentum.

RSI merupakan indikator momentum yang membandingkan antara besaran kenaikan dan penurunan harga terkini dalam suatu periode waktu.

Indikator RSI berfungsi untuk mendeteksi kondisi jenuh beli (overbought) di atas level 70-80 dan jenuh jual (oversold) di bawah level 30-20. Dalam grafik 1 jam, posisi RSI turun ke 58,08.

Sementara, dilihat dari indikator lainnya, Moving Average Convergence Divergence (MACD), garis MACD berada di bawah garis sinyal, melanjutkan death cross.

Hari ini, IHSG berpotensi ditutup melemah dengan level support terdekat berupa MA 20 (6.927) dan level psikologis 6.900. Sedangkan, area resistance 6.972 (Fibonacci 6.972).

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

[Gambas:Video CNBC]



Artikel Selanjutnya


Tekanan Powell Mereda, IHSG Berpeluang Ditutup di Zona Hijau

(fsd/fsd)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts