Tenaga Kerja AS Mendingin, Rupiah Bakal Happy Weekend?


Jakarta, CNBC Indonesia – Rupiah terus menguat melawan dolar Amerika Serikat (AS) sejalan dengan capital inflow yang masih deras dan kondisi pasar tenaga kerja AS yang mendingin.

Read More

Dilansir dari Refinitiv, rupiah ditutup menguat di angka Rp15.415/US$ atau terapresiasi 0,06% sepanjang perdagangan kemarin, Kamis (28/12/2023). Posisi rupiah saat ini merupakan yang terbaik sejak 25 September 2023 atau sekitar tiga bulan terakhir.



Rupiah ditutup menguat di tengah berbagai sentimen positif khususnya derasnya aliran dana asing yang terjadi pekan lalu serta perihal data ketenagakerjaan AS yang kembali mendingin.

Pekan lalu, Bank Indonesia (BI) merilis data terbaru per tanggal 18-21 Desember 2023 menunjukkan bahwa investor asing terus mencatatkan pembelian neto di pasar keuangan domestik.

Total pembelian bersih mencapai Rp6,37 triliun, dengan sebagian besar transaksi terjadi di Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) sebesar Rp4,97 triliun, diikuti oleh pasar saham Rp1,52 triliun, dan Surat Berharga Negara (SBN) Rp0,12 triliun. Inflow asing yang berlangsung selama enam pekan berturut-turut dengan total lebih dari Rp40 triliun net buy, dan lebih dari Rp25 triliun di SRBI.

Pengaruh positif dari sentimen inflow asing menciptakan likuiditas yang melimpah di pasar saham, sehingga dapat membangun kepercayaan pelaku pasar domestik. Masuknya dana asing didukung oleh pasar negara berkembang yang masih memiliki ruang pertumbuhan yang besar di tengah kemungkinan era suku bunga tinggi akan perlahan dipangkas.

Selain itu, semalam ada rilis data ketenagakerjaan AS dalam hal klaim pengangguran awal dan klaim pengangguran lanjutan.

Klaim pengangguran awal terbaru tercatat sebanyak 218 ribu, lebih tinggi daripada ekspektasi mengalami kenaikan menjadi 210 ribu dan periode sebelumnya sebesar 205 ribu. Sementara klaim pengangguran lanjutan hasilnya seperti yang diproyeksikan bertambah menjadi 1,875 juta dari yang sebelumnya.

Data tenaga kerja dari AS secara keseluruhan rilis lebih baik dibandingkan konsensus, maka hal ini akan memberikan angin segar bagi perekonomian global termasuk Indonesia.

Lebih lanjut, hal tersebut menandakan bahwa semakin banyaknya pengangguran yang mengajukan klaim di AS dan mencerminkan daya beli masyarakat berpotensi menurun dan berujung pada terkendalinya inflasi AS.

Jika inflasi di AS semakin melandai, hal ini semakin memperbesar peluang bank sentral AS (The Fed) untuk memangkas suku bunganya di tahun depan.

Sebagai catatan, berdasarkan dokumen dot plot Desember, diperkirakan The Fed akan memangkas setidaknya tiga kali atau sedikitnya 75 basis poin (bps) atas suku bunga acuannya pada 2024. Hal ini berdampak pada lemahnya DXY.

Teknikal Rupiah

Secara teknikal, dalam basis waktu per jam, tren pergerakan rupiah semakin kokoh menguat, kini mata uang Garuda ada potensi bergerak lanjut menguat ke posisi support terdekat di Rp15.350/US$. Posisi tersebut didapatkan dari garis horizontal berdasarkan low candle 29 November 2023.

Kendati demikian, untuk antisipasi adanya pembalikan arah pelaku pasar bisa mencermati posisi resistance terdekat di Rp15.420/US$ yang didapatkan dari garis rata-rata selama 20 jam atau moving average 20 (MA20).




Foto: Tradingview
Pergerakan rupiah melawan dolar AS

CNBC INDONESIA RESEARCH

[Gambas:Video CNBC]


Artikel Selanjutnya


Rupiah Anjlok 3 Hari karena China & AS, Hari Ini Bisa Kuat?

(tsn/tsn)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts