Tetangga Boleh Tiru, Jurus RI Lawan Krisis Terbukti Ampuh

Jakarta, CNBC Indonesia – Indonesia menjadi contoh negara yang mampu menjaga ekonomi tumbuh tinggi di atas 5% pasca pandemi covid-19 selama tujuh kuartal beruntun. Meskipun kebijakan alias jurus yang ditempuh berbeda dari Amerika Serikat (AS) dan negara maju lainnya. Tetangga di Asia Tenggara bisa mengikuti.

“Indonesia adalah salah satu contoh yang memimpin penerapan bauran kebijakan makro ekonomi,” ungkap Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo dalam konferensi pers usai Pertemuan Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral ASEAN (AFMGM), di Senayan, Jakarta, Jumat (25/8/2023)

Read More

Kebijakan tersebut, kata Perry diawali dengan yang pertama komitmen dan penguatan koordinasi antara otoritas fiskal dan moneter. Kolaborasi kedua lini akan membuahkan hasil yang tepat, sesuai dengan tujuan.




Foto: Menkeu Sri Mulyani 10th AFMGM (Tangkapan Layar Youtube)
Menkeu Sri Mulyani 10th AFMGM (Tangkapan Layar Youtube)

Selanjutnya kedua adalah tidak semua persoalan ditangani dengan kebijakan suku bunga acuan. Misalnya inflasi. Seluruh negara alami lonjakan inflasi, namun kecenderungan langkah yang dipilih adalah menaikkan suku bunga seagresif mungkin sampai inflasi melandai.

Hasilnya terlihat pada Amerika Serikat (AS), di mana inflasinya turun tidak secepat yang diperkirakan sementara ekonomi sudah mendekati resesi dan membuat masyarakat menderita.

Indonesia lebih memilih memahami struktur penyebab kenaikan inflasi, di mana persoalannya adalah pasokan. Sehingga yang menjadi solusi adalah ketersediaan pasokan, bukan kenaikan suku bunga secara agresif.

“Ketiga, kita menggunakan kebijakan makro untuk memastikan kebijakan mendukung pembiayaan untuk mendukung ekonomi dan makroekonomi dan kebijakan fiskal,” jelasnya.

Pada kuartal II-2023, ekonomi Indonesia 5,17% (yoy), meningkat dari pertumbuhan pada triwulan sebelumnya sebesar 5,04% (yoy). Pertumbuhan ekonomi 2023 diprakirakan tetap berada dalam kisaran proyeksi 4,5-5,3%.

Inflasi IHK Juli 2023 tercatat rendah, yaitu 3,08% (yoy), menurun dari inflasi Juni 2023 sebesar 3,52% (yoy). Penurunan inflasi terjadi di seluruh kelompok. Inflasi inti turun menjadi 2,43% (yoy), dari inflasi bulan sebelumnya sebesar 2,58% (yoy), sejalan dengan permintaan yang terkelola, ekspektasi inflasi yang terjaga, serta imported inflation yang rendah.

Kinerja Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) tetap terjaga. Pada triwulan II 2023, defisit transaksi berjalan tercatat rendah, meskipun saat bersamaan harga komoditas menurun dan ekonomi global melambat serta permintaan domestik meningkat. Sementara itu, defisit transaksi modal dan finansial terkendali di tengah tingginya ketidakpastian pasar keuangan global.

[Gambas:Video CNBC]


Artikel Selanjutnya


AS & Eropa Tak Separah Prediksi, Sri Mulyani Tetap Was-was

(mij/mij)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts