The Fed Beri Sinyal Pangkas Suku Bunga, Bursa Asia Ikutan Bergairah


Read More

Jakarta, CNBC Indonesia Mayoritas bursa Asia-Pasifik cenderung menguat pada perdagangan hari ini Kamis (7/3/2024), jelang rilis data neraca perdagangan Australia dan China periode Januari 2024.

Per pukul 08:12 WIB, indeks Nikkei 225 Jepang menguat 0,2%, Straits Times Singapura bertambah 0,24%, ASX 200 Australia terapresiasi 0,23%, dan KOSPI Korea Selatan tumbuh 0,44%.

Pada hari ini, neraca perdagangan periode Januari lalu akan dirilis di dua negara yakni Australia dan China. Khusus di China, periode data neraca perdagangan yakni Januari-Februari 2024.

Laporan-laporan ini sangat penting karena tidak hanya memberikan gambaran tentang kesehatan ekonomi negara-negara yang memiliki banyak perdagangan ini, namun juga memberikan wawasan mengenai tren ekonomi regional dan global yang lebih luas.

Seiring dengan terus berkembangnya dinamika perdagangan, terutama dalam konteks hubungan AS-China, data-data ini akan memberikan perspektif berharga mengenai arah masa depan perekonomian Asia-Pasifik.

Di lain sisi, bursa Asia-Pasifik yang cenderung menguat terjadi di tengah rebound-nya bursa saham Amerika Serikat (AS), Wall Street kemarin, di mana pasar dapat sedikit bernafas lega setelah bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) memberi sinyal dapat menurunkan suku bunga tahun ini.

Adapun indeks Dow Jones ditutup menguat 0,2%, S&P 500 bertambah 0,51%, dan Nasdaq Composite berakhir terapresiasi 0,58%.

Saham-saham teknologi di AS kembali menopang Wall Street, utamanya S&P 500 dan Nasdaq, setelah sehari sebelumnya merana karena amblesnya saham Apple.

Selain itu, pasar menyambut baik dari pernyataan Ketua The Fed, Jerome Powell yang mengindikasikan bahwa suku bunga dapat dipangkas pada tahun ini. Hal ini diungkap Powell dalam sambutannya di Capitol Hill, dihadapan DPR AS.

“Kami yakin bahwa suku bunga kebijakan kami kemungkinan akan mencapai puncaknya dalam siklus pengetatan ini. Jika perekonomian berkembang secara luas seperti yang diharapkan, mungkin akan tepat untuk mulai mengurangi pembatasan kebijakan pada tahun ini,” kata Powell.

Selain itu, Powell juga mengatakan bahwa inflasi telah ‘menurun secara substansial’ sejak mencapai level tertinggi dalam 40 tahun pada tahun 2022. Namun, para pengambil kebijakan masih membutuhkan ‘kepercayaan yang lebih besar’ terhadap penurunan tersebut sebelum dilakukan penurunan suku bunga.

Menurut David Russell, kepala strategi pasar global di platform investasi online TradeStation, meski pasar tidak sepenuhnya menerima pernyataan Powell karena belum dapat dipastikan kapan suku bunga dapat dipangkas, tetapi masih ada konsensus luas mengenai jalur kebijakan moneter di masa depan, dengan tingkat suku bunga yang lebih tinggi “menjadi ancaman yang lebih kecil.”

“Tidak ada kabar yang merupakan kabar baik dari Powell. Dia menegaskan bahwa bias dari sini kemungkinan besar mengarah pada suku bunga yang lebih rendah dan menekankan potensi risiko jika tidak dilakukan pemotongan,” kata Russell, dikutip dari CNBC International.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[Gambas:Video CNBC]


Artikel Selanjutnya


Bursa Asia Dibuka Merana Lagi, Kenapa ya?

(chd/chd)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts