The Fed Masih ‘Ngegas’, Harga Minyak Ambruk Pekan Ini

Jakarta, CNBC Indonesia – Harga minyak mentah dunia terpantau ambruk pekan ini. Sinyal ‘gelap’ dari The Fed terus menghantui pasar setelah The Fed berencana masih akan kembali menaikkan suku bunga acuan yang membuat dolar makin menguat dan akan berefek pada penurunan permintaan minyak.

Read More

Dalam sepekan, harga minyak kontrak jenis Brent terpantau turun 0,39% secara point-to-point(ptp) ke US$ 73,85 per barel, sementara dalam sebulan harganya masih mengalami kenaikan 1,64%, namun secara tahunan harga minyak longsor 14,04%.

Sedangkan untuk minyak kontrak jenis light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) terpantau ambles 3,65% sepekan, namun harganya masih naik dalam sebulan mencapai 1,57%, dan melemah 13,83% setahun.



Jatuhnya harga minyak dunia masih saja dipicu oleh kekhawatiran ekonomi dunia akibat kenaikan suku bunga yang belum menunjukan tanda-tanda berakhir sehingga bakal memperlambat ekonomi dan memangkas permintaan minyak.

Jerome Powell di depan Komite Layanan Keuangan DPR ASmenegaskan jika The Fed tidak ragu untuk mengerek suku bunga jika inflasi belum melandai. Namun, kenaikan suku bunga sepertinya akan diputuskan secara hati-hati.

“Paling tidak kamu sudah mendekati tujuan kita dan sangat masuk akal jika kita akan bergerak hati-hati,” tutur Powell, dikutip dariReuters.

Jumlah klaim pengangguran AS sebenarnya menjadi sentimen positif pergerakan emas. Namun, tidak cukup untuk menahan jatuhnya emas.

Jumlah pegawai yang mengajukan klaim pengangguran di Amerika Serikat mencapai 264.000 pada pekan yang berakhir pada 17 Juni, tertinggi sejak Oktober 2021. Dengan klaim pengangguran yang meningkat maka ada harapan inflasi AS melandai.

Pernyataan hawkish The Fed membuat imbal hasil surat utang US Treasury tenor 10 tahun naik ke 3,8%. Posisi tersebut adalah tertinggi sejak awal Maret tahun ini.

Di sisi lain, sejumlah bank sentral Eropa kini gencar menaikkan suku bunga yang berimbas negatif kepada harga minyak.

“The Fed dan bank sentral lain terus melanjutkan kenaikan suku bunga. Ke depan, suku bunga juga diperkirakan naik dan ini tentu saja akan sangat membebani emas ke depan,” tutur analisHigh Ridge Futures, David Meger, dikutip dariReuters.

Sementara, stok minyak mentah Amerika Serikat (AS) membukukan penurunan yang mengejutkan pada minggu lalu, dibantu oleh permintaan ekspor yang kuat dan impor yang rendah, sementara persediaan bensin dan sulingan naik, ungkap Administrasi Informasi Energi hari Kamis.

“Pasar minyak mentah dan produk olahan hanya terbebani oleh suku bunga yang lebih tinggi, dan permintaan tidak akan terwujud secepat yang diharapkan,” ucap Andrew Lipow, Presiden Lipow Oil Associates di Houston.

Ekspor minyak mentah AS naik menjadi 4,5 juta barel per hari pekan lalu, sementara impor turun sekitar 50% menjadi 1,6 juta barel per hari.

“Rebound ekspor minyak mentah, penurunan impor, dan kekuatan berkelanjutan dalam aktivitas penyulingan telah mendorong penarikan persediaan minyak mentah,” ucap Matt Smith, analis minyak utama di Kpler.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]


Artikel Selanjutnya


Kabar dari AS dan China Bikin Happy, Harga Minyak Terbang

(aum/aum)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts