Ulah Amerika, Harga Minyak Mentah Dunia Semakin Ambruk

Jakarta, CNBC Indonesia – Harga minyak anjlok pada awal perdagangan Kamis (4/5/2023) setelah Federal Reserve Amerika Serikat (AS) menaikkan suku bunga sebanyak 25 bps yang dapat memperlambat laju ekonomi Amerika Serikat (AS).

Read More

Harga minyak mentah WTI melemah hingga 1,12% ke posisi US$67,8 per barel sementara harga minyak mentah brent juga dibuka melemah hingga 0,78% ke posisi US$71,42 per barel.


Pelemahan ini memperpanjang tren negatif minyak dunia yang juga terperosok dalam pada hari sebelumnya.

Pada perdagangan Rabu (3/5/2023), minyak WTI juga ditutup ambruk 4,27% ke posisi US$68,6 per barel sementara minyak brent anjlok 4,33% ke posisi US$71,98 per barel.

Pada Rabu sore waktu AS atau Kamis dini hari waktu Indonesia (4/5/2023), bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed) menaikkan suku bunga sebesar 25 bps menjadi 5,0-5,25%.

Kenaikan ini menekan harga minyak karena para pedagang khawatir suku bunga yang tinggi akan menahan laju pertumbuhan ekonomi sehingga permintaan energi berkurang.

Tetapi The Fed juga mengisyaratkan akan menghentikan kenaikan lebih lanjut. The Fed akan memberikan waktu untuk menilai dampak dari kegagalan bank baru-baru ini terhadap ekonomi AS, menunggu penyelesaian kebuntuan politik atas plafon utang AS, serta memantau inflasi.

Kekhawatiran sektor perbankan kembali menjadi sorotan setelah regulator AS menyita First Republic, lembaga besar AS ketiga yang gagal dalam dua bulan.

Sebelumnya, tiga bank juga kolaps yakni Silvergate Bank, Signature Bank, dan Silicon Valley Bank. 

JPMorgan Chase & Co JPM.N setuju untuk mengambil $173 miliar dari pinjaman bank, $30 miliar dari sekuritas dan $ 92 miliar deposito.

Suku bunga yang tinggi dan krisis perbankan serta plafon utang AS bisa membawa ekonomi AS ke jurang resesi.

Bank Sentral Eropa juga diperkirakan akan menaikkan suku bunga pada pertemuan hari Kamis. Jika suku bunga AS kembali naik maka itu akan semakin  menekan harga minyak.

Terlebih, pasokan bensin masih memadai. Data pemerintah AS menunjukkan persediaan bensin secara tak terduga naik 1,7 juta barel pekan lalu. Analis yang disurvei oleh Reuters memperkirakan penurunan 1,2 juta barel.

Persediaan minyak mentah turun 1,3 juta barel dalam sepekan, lebih besar dibandingkan dengan perkiraan penurunan 1,1 juta barel.

Sementara itu, China melaporkan jika aktivitas manufaktur April turun. Tiongkok adalah konsumen energi terbesar dunia dan konsumen terbesar minyak mentah kedua di dunia setelah AS.

Pelemahan manufaktur China menjadi sinyal jika permintaan sumber energi ke depan bisa turun.

Morgan Stanley menurunkan perkiraan harga Brent menjadi $75 per barel pada akhir tahun. Harga tersebut jauh di atas tahun lalu yang berada di kisaran US$ 100 per barel.

Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.

[Gambas:Video CNBC]



Artikel Selanjutnya


Ekonomi China Mulai Membara, Harga Minyak Bisa Ikut Terbakar

(saw/saw)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts