Wall Street Ambles, Bursa Asia Kebakaran

Jakarta, CNBC IndonesiaBursa Asia-Pasifik dibuka berjatuhan pada perdagangan Kamis (19/10/2023), ketika Jepang mengalami surplus perdagangan yang mengejutkan pada September lalu.

Read More

Per pukul 08:30 WIB, indeks Nikkei 225 Jepang ambles 1,45%, Hang Seng Hong Kong ambrol 1,08%, Shanghai Composite China melemah 0,51%, Straits Times Singapura ambruk 1,32%, ASX 200 Australia tergelincir 1,18%, dan KOSPI Korea Selatan anjlok 1,25%.

Dari Jepang, data neraca perdagangan pada periode September 2023 terpantau mengalami surplus, setelah mengalami defisit selama dua bulan beruntun. Neraca perdagangan Jepang pada bulan lalu surplus 62,4 miliar yen, lebih baik dari prediksi pasar yang memperkirakan neraca perdagangan Jepang kembali mengalami defisit sebesar 450 miliar yen.

Sementara itu, ekspor dan impor Jepang pada bulan lalu juga sudah mulai membaik, meski impornya masih mengalami kontraksi. Ekspor Jepang pada bulan lalu naik menjadi 4,3% (year-on-year/yoy), dari sebelumnya yang berkontraksi 0,8% pada Agustus lalu.

Sementara untuk impor Jepang masih berkontraksi sebesar 16,3% (yoy) pada bulan lalu, namun sudah lebih membaik dari periode Agustus lalu yang berkontraksi 17,7%.

Peningkatan ekspor akan sejalan dengan indikator perekonomian China terkini dan menandakan membaiknya kondisi permintaan.

Di luar kalender ekonomi, spekulasi mengenai tujuan kebijakan moneter bank sentral Jepang (Bank of Japan/BoJ) perlu dipantau. Pasar memperkirakan BoJ akan menaikkan perkiraan inflasi pada pertemuan kebijakan moneter bulan Oktober. Revisi perkiraan inflasi ke atas akan menekan BoJ untuk melakukan penyesuaian kebijakan.

Namun, Gubernur BoJ, Kazuo Ueda dan anggota Dewan baru-baru ini menyatakan bahwa mereka memerlukan pertumbuhan upah untuk keluar dari suku bunga negatif.

Pertumbuhan upah yang lemah masih menjadi kendala. Meskipun demikian, spekulasi perpindahan dari kebijakan ultra-longgar telah membatasi penurunan yen.

Di lain sisi, bursa Asia-Pasifik yang cenderung berjatuhan terjadi di tengah amblesnya bursa saham Amerika Serikat (AS), Wall Street kemarin.

Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) ditutupmerosot 0,98%, S&P 500 ambles 1,34%, dan Nasdaq Composite berakhir ambruk 1,62%.

Wall Street terus menilai dampak perang Israel-Hamas yang terus berkecamuk dan efeknya ke aset-aset safe-haven. Wall Street juga merah akibat masih menguatnya imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS (US Treasury).

Yield US Treasury tenor 10 tahun kemarin menembus 4,9%, untuk pertama kalinya sejak Juli 2007 atau 16 tahun terakhir. Sedangkan suku bunga pinjaman mortgage menembus 8% atau level tertingginya dalam 23 tahun terakhir.

Para investor juga menganalisis pendapatan kuartal ketiga terbaru emiten di AS seiring dengan meningkatnya musim pelaporan demi mengukur dampak inflasi dan tingginya suku bunga terhadap dunia bisnis.

Hingga saat ini, lebih dari 10% perusahaan di S&P 500 telah melaporkan hasilnya, menurut FactSet. Dari laporan tersebut, sekitar 78% telah melampaui ekspektasi analis.

Selain itu, investor juga menantikan pidato Ketua bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed), Jerome Powell pada Kamis waktu AS yang dapat memberikan lebih banyak pencerahan mengenai jalur kebijakan moneter The Fed setelah adanya sinyal dovish baru-baru ini dari beberapa pejabat The Fed.

Powell akan berpidato di hadapan Economic Club of New York, tepat sebelum periode blackout bank sentral AS dimulai menjelang keputusan suku bunga berikutnya.

Periode blackout artinya para pejabat The Fed tidak akan memberikan pernyataan apapun sampai pengumuman kebijakan moneter (Federal Open Market Committee Meeting/FOMC) terdekat.

Ekspektasi kenaikan suku bunga terus meningkat hingga membuat dolar AS dan imbal hasil US Treasury terbang. Kondisi ini memicu investor menarik dana dari Emerging Market. Dolar AS pun kini menjadi aset aman paling dicari dan membuat mata uang negara lain ditinggal.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[Gambas:Video CNBC]



Artikel Selanjutnya


Bank Sentral China Umumkan Suku Bunga, Bursa Asia Apa Kabar?

(chd/chd)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts