Wall Street Kompak Menguat, Pasar Masih Optimis Meski Inflasi Tinggi?


Read More

Jakarta, CNBC Indonesia – Bursa Amerika Serikat (AS) Wall Street dibuka kompak menguat pada perdagangan Kamis (15/2/2024). Kenaikan ini terjadi setelah kejatuhan Wall Street pada perdagangan sebelumnya yang disebabkan kekhawatiran pasar akan inflasi AS yang masih tinggi.

Dow Jones Industrial Average naik 42 poin atau 0,1%, S&P 500 melonjak 0,4%, sementara Nasdaq Composite juga mengalami kenaikan sebesar 0,4%.

Salah satu yang menjadi sorotan yaitu lonjakan harga saham Lyft sebesar 35% setelah perusahaan ride-hailing tersebut melaporkan pendapatan kuartal-IV yang melebihi ekspektasi. Di sisi lain, saham Airbnb turun 4%, meskipun perusahaan berhasil melampaui ekspektasi pendapatan dalam laporan keuangannya yang terbaru.

Nvidia, perusahaan pembuat chip terkemuka, mengalami kenaikan harga sahamnya 2,5%, menjadikan kapitalisasi pasarnya melampaui anggota top 7 perusahaan teknologi selain, Alphabet. Kenaikan ini terjadi setelah saham Nvidia mengalami penurunan 2% pada hari Selasa akibat kenaikan imbal hasil surat utang yang merugikan saham teknologi.

Pada perdagangan sebelumnya, Dow Jones kehilangan lebih dari 1%, mencatatkan hari terburuknya sejak Maret 2023. S&P 500 dan Nasdaq Composite juga mengalami penurunan lebih dari 1%. Rilis data inflasi yang lebih tinggi dari yang perkiraan memicu aksi penjualan saham karena para pedagang khawatir bahwa Federal Reserve mungkin tidak akan memotong suku bunga sesegera yang diharapkan.

Sam Stovall, chief investment strategist di CFRA, mengungkapkan pendapatnya, “Pasar telah overbought dari berbagai indikator, tetapi belum masuk ke zona oversold. Masih ada beberapa kerentanan dalam jangka pendek untuk tindakan korektif, menurut pendapat saya, tetapi saya tentu tidak berpikir bahwa kita menuju penurunan lebih dari 10%. Saya pikir ini lebih merupakan koreksi yang diperlukan sebelum kita dapat melanjutkan kenaikan kita,” dalam wawancara dengan CNBC.

Laporan Consumer Price Index (CPI) bulan Januari kemungkinan besar akan mempengaruhi keputusan Federal Reserve. Laporan tersebut kemungkinan akan menunda potensi pemotongan suku bunga oleh Fed hingga paruh kedua tahun 2024, tidak sesuai dengan harapan investor yang mengantisipasi pemotongan suku bunga terjadi bulan Maret. Para investor saat ini memperhatikan dengan cermat indikator ekonomi untuk mendapatkan informasi terkait kebijakan moneter dan dampaknya terhadap dinamika pasar.

 

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected] 

[Gambas:Video CNBC]



Artikel Selanjutnya


Imbal Hasil Treasury AS Turun, Wall Street Kompak Menguat

(mza/mza)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts