Yield SBN Naik Lagi, Tapi Asing Masih Getol Memburunya

Jakarta, CNBCIndonesia – Imbal hasil (yield) obligasi pemerintah Indonesia atau Surat Berharga Negara (SBN) kembali naik pada perdagangan Selasa (17/1/2023), membuat investor kembali melepasnya pada hari ini.

Read More

Untuk diketahui, pergerakan harga obligasi berbanding terbalik dengan yield. Ketika yield naik, maka harga akan turun, begitu juga sebaliknya. Saat harga turun, artinya ada aksi jual atau lepas oleh investor.

Melansir data dari Refinitiv, SBN tenor 20 tahun menjadi yang paling besar kenaikan yield-nya pada hari ini, yakni sebesar 5,5 basis poin (bp) ke posisi 6,886%.

Sementara untuk yield SBN berjatuh tempo 10 tahun yang merupakan SBN acuan negara juga naik 4,6 bp menjadi 6,784%.

Investor yang kembali melepas SBN pada hari ini dan membuat yield-nya naik terjadi karena investor kembali memburu saham pada hari ini, sehingga Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terpantau melesat hingga 1% lebih.

Bahkan, investor asing juga sudah mulai memburu kembali saham-saham di RI, meski masih cenderung sedikit. Pada hari ini, tercatat asing inflow atau net buy di pasar reguler sebesar Rp 229,63 miliar.

Tetapi di pasar SBN, asing juga masih terus memburunya. Berdasarkan data dari Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR), dari awal tahun ini hingga Senin kemarin, asing mencatatkan inflow di pasar SBN sebesar Rp 23,5 triliun.

Di lain sisi, positifnya IHSG pada hari ini terjadi ditopang oleh sentimen positif salah revisi Peraturan Pemerintah (PP) terkait Nomor 1 Tahun 2019 tentang Devisa Hasil Ekspor (DHE).

Dalam revisi ini, beberapa sektor baru masuk ke dalam daftar yang harus menempatkan DHE kepada regulator. Tidak hanya itu, DHE nantinya akan ditahan lebih lama di dalam negeri.

Isu tirisnya pasokan dolar AS di dalam negeri terlihat dari neraca perdagangan yang sudah mencatat surplus dalam 32 bulan beruntun, tetapi cadangan devisa malah terus menurun.

Dengan DHE yang ditahan lebih lama di dalam negeri, pasokan valas akan bertambah, dan tekanan terhadap rupiah berkurang.

Adapun investor yang cenderung melepas SBN pada hari ini terjadi jelang pengumuman kebijakan moneter terbaru dari Bank Indonesia (BI) pada Kamis mendatang.

Gubernur BI, Perry Warjiyo dan kolega memulai Rapat Dewan Gubernur (RDG) Rabu besok.

Hasil polling Reuters menunjukkan BI diperkirakan akan menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin menjadi 5,75%. Dengan demikian, selisih suku bunga akan kembali melebar. Tetapi pasar juga menanti proyeksi suku bunga ke depannya, apakah BI akan menaikkan suku bunga hingga 6% atau 6,25%.

Sebab, bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) diperkirakan akan mengendurkan laju kenaikan suku bunganya pasca rilis data inflasi yang menunjukkan penurunan.

Pasar kini melihat The Fed akan menaikkan suku bunga masing-masing 25 basis poin pada Februari dan Maret menjadi 4,75% – 5%. Proyeksi tersebut lebih rendah dari sebelumnya di mana pasar melihat puncak suku bunga The Fed di 5% – 5,25%.

Dengan selisih suku bunga yang dipertahankan 125 basis poin, atau mungkin lebih lebar lagi, capital inflow bisa semakin deras masuk ke pasar obligasi Indonesia.

TIM RISET CNBC INDONESIA

[Gambas:Video CNBC]


Artikel Selanjutnya


Inflasi Nyaris Sentuh 6%, Investor Justru Buru SBN Hari Ini

(chd/chd)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts