2022 Tinggal Menghitung Hari, Yield SBN Malah Naik

Jakarta, CNBC Indonesia – Harga mayoritas obligasi pemerintah atau Surat Berharga Negara (SBN) ditutup melemah pada perdagangan Rabu (28/12/2022), meski investor asing masih terus memburu SBN.

Read More

Mayoritas investor kembali melepas SBN pada hari ini, ditandai dengan naiknya imbal hasil (yield). Kecuali SBN tenor 5 dan 20 tahun yang ramai diburu oleh investor, ditandai dengan turunnya yield.

Melansir data dari Refinitiv, yield SBN tenor 5 tahun turun 0,9 basis poin (bp) ke posisi 6,189%. Sedangkan yield SBN bertenor 20 tahun melandai 2 bp menjadi 7,105%.

Sementara untuk yield SBN berjatuh tempo 10 tahun yang merupakan SBN acuan negara naik 1 bp menjadi 6,922% pada perdagangan hari ini.

Yield berlawanan arah dari harga, sehingga naiknya yield menunjukkan harga obligasi yang sedang melemah, demikian juga sebaliknya. Satuan penghitungan basis poin setara dengan 1/100 dari 1%.

Hingga Jumat pekan lalu, yakni 23 Desember 2022, ada capital inflow asing nyaris Rp 50 triliun di pasar SBN, berdasarkan data dari Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan RI.

Ekonom PT Bank Mandiri Tbk, Faisal Rachman mengungkapkan kemungkinan adanya capital inflow terbuka lebar, karena kenaikan suku bunga bank-bank sentral dunia sudah mulai melandai. Artinya, tren kenaikan sudah akan mendekati puncak.

“Di sisi lain, kondisi fiskal kita cukup baik dimana defisit terhadap GDP (produk domestik bruto/PDB) tercatat kecil, dan ekonomi kita mencatat kinerja yang baik. Jadi kami melihat inflow pada pasar SBN masih dapat terus berlanjut,” ungkapnya kepada CNBC Indonesia, Senin (19/12/2022) lalu.

Sementara itu dari Amerika Serikat (AS), yield obligasi pemerintah (US Treasury) cenderung melandai pada pagi hari waktu AS, karena investor mencemaskan pertumbuhan ekonomi di tahun 2023 dan arah kebijakan moneter bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) tahun depan.

Dilansir dari CNBC International, yield Treasury tenor 2 tahun turun 2,3 bp ke posisi 4,345%, sedangkan yield Treasury tenor 10 tahun melandai 2,8 bp menjadi 3,83%.

Investor mempersiapkan diri untuk potensi tekanan terkait resesi, inflasi yang terus-menerus, dan kebijakan moneter The Fed, terutama terkait suku bunga, pada tahun 2023.

Mereka juga akan memindai rilis data ekonomi terakhir tahun ini untuk petunjuk tentang hal itu, dengan angka penjualan rumah yang tertunda akan dirilis pada hari ini.

Banyak investor berharap data tersebut dapat menandakan adanya pelonggaran tekanan inflasi, karena hal itu akan menunjukkan bahwa The Fed dapat lebih lanjut memperlambat, atau menghentikan sama sekali kenaikan suku bunga.

The Fed menaikkan suku bunga sebesar 50 bp pada awal bulan ini, sedikit menurun dari kenaikan 75 bp yang diterapkan selama empat bulan beruntun. Kekhawatiran tentang laju kenaikan suku bunga yang mengarah ke resesi di AS telah berkembang di kalangan investor.

TIM RISET CNBC INDONESIA

[Gambas:Video CNBC]


Artikel Selanjutnya


Akhir Pekan Investor Buru SBN, Yieldnya Melandai

(chd/chd)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts