Alarm Bahaya! China, AS & Rusia Ramai-Ramai Beri Kabar Buruk

Jakarta, CNBC Indonesia – Pasar keuangan Tanah Air pada perdagangan kemarin Senin (17/7/2023) mencatatkan kinerja yang mengecewakan. Dari sisi Indeks acuan Indonesia berakhir terkoreksi, sementara mata uang Garuda kembali tak berdaya melawan dolar Amerika Serikat (AS).

Tekanan pada pasar keuangan Indonesia diperkirakan masih akan kuat pada perdagangan hari ini. Selengkapnya mengenai sentimen apa saja penggerak pasar hari ini dan proyeksi pasar hari ini bisa dibaca pada halaman 3 artikel ini.

Dari sisi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup di zona merah dengan koreksi tipis 0,04% ke posisi 6.867,14 pada perdagangan kemarin. Indeks tiba-tiba ditarik ke zona merah setelah konsisten menghijau sepanjang perdagangan.

Nilai transaksi pada perdagangan kemarin menembus Rp 9,72 triliun dengan volume perdagangan 10,48 miliar yang diperdagangkan hingga 1,2 juta kali. Mayoritas saham menguat di mana ada 281 saham berada di zona hijau, sementara 258 terpantau turun, dan 202 sisanya stagnan.

 



Data perdagangan menunjukkan investor asing melakukan aksi beli bersih (net buy) senilai Rp 1,19 triliun di pasar reguler.

Dari 10 sektor hanya tiga sektor yang mengalami koreksi diantaranya healthcare terkoreksi 1,15%, consumer Non-cyclicals terkoreksi 0,73% dan sektor teknologi melemah 0,22%. Sisanya mengalami penguatan, di mana yang terbesar adalah sektor consumer cyclicals dengan penguatan 0,59%.

Dari pasar keuangan lain, mata uang Garuda dibuat tak berdaya terhadap Dolar Amerika Serikat (AS) setelah rilis Produk Domestik Bruto (PDB) China di bawah ekspektasi dan ekspor Indonesia yang anjlok.

Merujuk pada Refinitiv, Rupiah ditutup melemah 0,30% ke level psikologis Rp 15.000/US$1.Pelemahan hari ini memutus tren positif rupiah yang sempat menguat dalam empat hari beruntun.

 



Pelemahan rupiah ini disinyalir akibat penurunan ekspor Indonesia Juni 2023. Nilai ekspor Juni 2023 tercatat US$ 20,61 miliar. Nilai tersebut terkoreksi 4,08% (month to month/mtm) dan jeblok 21,18% (year on year/yoy).

Ekspor nonmigas Mei 2023 tercatat sebesar US$5,17 miliar, turun 5,17% dari Mei 2023. Penurunan ekspor nonmigas tersebut disebabkan oleh penurunan nilai ekspor beberapa komoditas bahan bakar mineral sebesar 11,45%. Nikel turun 41,33% dan logam mulia 41,41%.

Dengan ekspor yang melemah maka pasokan dolar AS ke pasar Indonesia bisa berkurang sehingga bisa menekan rupiah. Ekspor yang turun juga menjadi sinyal bahaya bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia ke depan.

Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts