AS, China & Segudang Masalah Kini Ancam Indonesia

Raja Ampat, CNBC Indonesia – Dunia kini sedang tidak baik-baik saja. Amerika Serikat (AS) dan China adalah dua penyebab di antaranya, di mana setiap pergerakan ekonominya memberikan badai besar ke banyak negara, termasuk Indonesia.

Read More

“Kami memperkirakan 2023 ini akan tumbuh 2,9% melambat jadi 2,8% pada 2024,” ungkap Erwindo Kolopaking, Direktur Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter (DKEM) Bank Indonesia saat bincang media di Raja Ampat, pada akhir pekan lalu.

AS, kata Erwin belum akan menyentuh pada posisi normal hingga beberapa kuartal ke depan. Ekonomi yang kuat akan membuat inflasi sulit untuk diturunkan, sehingga suku bunga acuan tinggi dalam rentang waktu yang lama ‘higher for longer’ akan terjadi.

Data terakhir menunjukkan ekonomi AS akan berada di level 4,9% pada kuartal III-2023 melanjutkan ekspansi kuartal sebelumnya. Inflasi AS per September 2023 masih di 3,7% atau belum mencapai 2% seperti yang ditargetkan. Sekalipun suku bunga acuan sudah naik ke 5,25-5,50% atau 525 bps sejak Maret 2020.

Di sisi lain ada kenaikan obligasi AS atau US Treasury sampai ke level 5%. Setiap pergerakan data tersebut beserta kebijakan Bank Sentral membuat guncangan, terutama pada pasar keuangan.

“Ini faktor utama aset di negara berkembang pindah ke AS dan menekan mata uang,” paparnya. Indonesia sudah terkena dampaknya, seperti pada nilai tukar rupiah yang beberapa waktu lalu sempat nyaris menyentuh Rp 16.000.

“Setiap ada rencana kenaikan dan naik itu membuat volatilitas di pasar keuangan,” ujarnya.

China juga tidak lebih baik dari AS. Ekonomi negara tirai bambu tersebut, menurut Erwin tidak bisa lagi menjadi andalan Asia. Tren perlambatan terjadi dalam beberapa waktu terakhir, terutama disebabkan oleh perang dagang dengan AS. Kemudian keterbatasan fiskal dalam mendorong konsumsi dan investasi dan krisis properti.

China juga menjadi persoalan karena peralihan struktur ekonomi menjadi teknologi tinggi. Komoditas ini tidak memberikan dampak besar, dibandingkan dengan infrastruktur dan lainnya. “Dampaknya akan terasa ke Indonesia 2-3 tahun lagi,” ujarnya.

Ancaman selanjutnya adalah tensi geopolitik tinggi di berbagai negara. Perang Rusia dan Ukraina belum berakhir, Israel dan Hamas baru meletus dan tidak diketahui akhirnya kapan dan seperti apa. Ketegangan AS dan China juga memberikan kekhawatiran banyak negara.

Situasi tersebut secara jangka pendek memberikan dampak terhadap harga komoditas, terutama minyak dan gas. Jangka menengah panjang, jika masih berlanjut maka memberikan pengaruh lebih buruk pada rantai pasok perdagangan.

[Gambas:Video CNBC]



Artikel Selanjutnya


Alarm Bahaya AS dan China Menyala, Rupiah Diam di Tempat

(haa/haa)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts