Bos Bank Ini Teriaki Perang di Mana-Mana, Sebut Krisis

Jakarta, CNBC Indonesia – Meningkatnya ketidakpastian geopolitik disebut-sebut dapat menguji ketahanan pasar keuangan dan menyebabkan krisis sektor keuangan selanjutnya. Padahal industri terkait masih rentan terhadap pengetatan peraturan.

Read More

Kekhawatiran tersebut disampaikan oleh para pemimpin perbankan global. Mereka menyuarakan kekhawatiran mereka melalui KTT Investasi Pemimpin Keuangan Global yang diselenggarakan oleh Otoritas Moneter Hong Kong, Selasa (7/11/2023).

Ketua dan CEO Morgan Stanley, James Gorman, menyebut pemicu krisis keuangan global berikutnya kemungkinan besar datang dari bidang geopolitik atau politik. “Tantangan terhadap demokrasi di beberapa negara di dunia cukup jelas,” kata Gorman tanpa menjelaskan lebih lanjut, seperti dikutip Reuters.

CEO Deutsche Bank, Christian Sewing, juga mengatakan sebagian besar pasar telah tangguh dalam menghadapi peristiwa global. Namun ketenangan apa pun rentan terhadap risiko peristiwa baru.

“Ketakutan terbesar saya adalah eskalasi geopolitik lagi – dan itu bisa terjadi cukup cepat – dan pasar pada suatu saat benar-benar kehilangan ketenangannya dan kemudian terjadi peristiwa pasar,” kata Sewing.

Komentar tersebut muncul ketika konflik Israel-Gaza. Sementara perang Rusia-Ukraina berlarut-larut dan ketegangan China-Amerika Serikat terus meningkat meskipun terdapat upaya untuk mendekatkan para pemimpin kedua negara adidaya tersebut.

Di sisi lain, para pemimpin perbankan global dalam acara tersebut juga menyuarakan keprihatinan mereka dengan menolak serangkaian peraturan perbankan yang lebih ketat.

Dikenal luas sebagai “Basel Endgame”, perombakan besar-besaran yang akan mengarahkan bank untuk menyisihkan miliaran modal lagi untuk menjaga terhadap risiko telah dilakukan pada Juli.

“Meskipun kami ingin sistemnya aman dan sehat, ketika saya melihat aturan-aturan ini, saya pikir mereka bertindak terlalu jauh,” kata Kepala Eksekutif Goldman Sachs David Solomon dalam panel terpisah, mengacu pada pengetatan peraturan perbankan.

“Jika diterapkan, sesuai dengan garis besarnya, ini merupakan tambahan pengetatan ekonomi yang signifikan pada sistem pada saat saya tidak berpikir hal tersebut merupakan kepentingan terbaik bagi aktivitas dan pertumbuhan ekonomi,” tambah Solomon.

Di AS, regulator perbankan telah mengumumkan proposal besar-besaran untuk memberlakukan aturan permodalan yang lebih ketat bagi pemberi pinjaman besar, menyusul penarikan bank-bank kecil pada awal tahun ini. Sementara industri berpendapat bahwa tidak ada pembenaran untuk peningkatan modal yang signifikan.

[Gambas:Video CNBC]



Artikel Selanjutnya


IHSG Turun 0,56% Hingga Perbankkan RI Jadi Incaran Asing

(sef/sef)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts