Bunga Tinggi, Gagal Bayar KPR Naik!


Read More

Jakarta, CNBC Indonesia – Kualitas kredit pemilikan rumah (KPR) memburuk. Data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menunjukkan rasio kredit bermasalah atau nonperforming loan (NPL) pembiayaan perumahan per Desember 2024 lebih tinggi dibandingkan dengan era pandemi Covid-19. 

Lebih rinci, jenis kredit yang mengalami kenaikan NPL tertinggi adalah kredit pemilikan apartemen. Segmen ini mengalami peningkatan sebesar 46 basis poin (bps), dari 1,94% per Desember 2022 menjadi 2,4% per Desember 2023.

Kemudian kredit pemilikan rumah tinggal, naik 31 bps pada periode yang sama menjadi 2,33%. Sementara itu NPL kredit pemilikan ruko turun 63 bps menjadi 4,16%.

Secara komposisi kredit pemilikan rumah mendominasi portofolio penyaluran pembiayaan bank kepada sektor properti (konsumsi), yakni 92,7%. Dengan demikian kenaikan NPL di segmen ini akan membebani kredit secara keseluruhan.

Rasio NPL properti berada di level 2,4% per Desember 2023, lebih tinggi dari setahun sebelumnya sebesar 2,1%, serta pada akhir 2020 dan 2021, masing-masing sebesar 2,3% dan 2,2%.

Pun data Bank Indonesia menunjukkan NPL properti per Januari 2024 sebesar 2,63%, naik dari bulan sebelumnya di level 2,47% dan bahkan lebih tinggi dari periode Januari 2023 di level 2,46%. 

Presiden Direktur PT Bank CIMB Niaga Tbk. (BNGA) Lani Darmawan menilai bahwa hal tersebut kemungkinan disebabkan oleh era suku bunga tinggi setelah pandemi Covid-19.

Sebagai informasi, Bank Indonesia mengerek suku bunga acuan sebanyak 250 basis poin (bps) menjadi 6% dalam 15 bulan pada Juli 2022 hingga Oktober 2023.

Lani melanjutkan, hal itu diikuti oleh pertumbuhan kredit yang tinggi setelah pandemi. Namun dia menilai kenaikan NPL KPR masih dalam batas wajar.

“Kami konsisten menerapkan proses kredit yang prudent, portfolio management yang mumpuni dan juga cross selling yang baik sebagai bagian dari proses seleksi,” kata Lani ketika dihubungi CNBC Indonesia, Kamis (14/3/2024).

Lani menambahkan, namun CIMB Niaga berhasil meningkatkan kualitas KPR, di mana rasionya turun menjadi 2% pada 2023, dari sebelumnya 2,4%.

Sebagai informasi, Bank Indonesia mengerek suku bunga acuan sebanyak 250 basis poin (bps) menjadi 6% dalam 15 bulan pada Juli 2022 hingga Oktober 2023.

Terpisah, Head of Research Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Trioksa Siahaan menilai tren perburukan NPL properti itu disebabkan oleh penurunan ekonomi bagi masyarakat kelas menengah bawah. Meskipun perekonomian Indonesia bertumbuh sekitar 5% secara keseluruhan, dampaknya belum merata.

“Kalau saya melihat hal ini menunjukkan adanya penurunan ekonomi untuk kelas menengah ke bawah yang berdampak pada peningkatan NPL. Ekonomi kita bertumbuh tapi sepertinya banyak berdampak pada menengah ke atas, sementara untuk menengah ke bawah belum terasa secara merata,” kata Trioksa.

[Gambas:Video CNBC]


Artikel Selanjutnya


Dibayangi Likuiditas & Ekonomi Global, Kondisi Bank di RI?

(mkh/mkh)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts