Bursa Asia Dibuka Kebakaran, Gegara Inflasi AS Panas Lagi?


Read More

Jakarta, CNBC Indonesia Bursa Asia-Pasifik cenderung melemah pada perdagangan Jumat (15/3/2024), di tengah tumbuh cepatnya inflasi produsen Amerika Serikat (AS) periode Februari 2024.

Per pukul 08:00 WIB, indeks Nikkei 225 Jepang melemah 0,43%, Straits Times Singapura terkoreksi 0,79%, ASX 200 Australia ambles 1,44%, dan KOSPI Korea Selatan merosot 0,97%.

Investor di Asia-Pasifik akan mewaspadai berita apa pun dari negosiasi upah musim semi di Jepang, dengan perkiraan awal diperkirakan akan keluar pada hari ini.

Spekulasi pasar mencapai puncaknya minggu ini ketika berbagai perusahaan raksasa mengumumkan kenaikan gaji yang dinegosiasikan, yang dalam beberapa kasus melebihi apa yang dimohonkan oleh serikat pekerja.

Gubernur bank sentral Jepang (Bank of Japan/BoJ), Kazuo Ueda telah berulang kali mengatakan hasil negosiasi upah tahun ini akan mempengaruhi keputusan bank sentral mengenai kapan harus keluar dari kebijakan suku bunga negatif terakhir di dunia.

Hal ini mungkin terlihat jelas pada pertemuan kebijakan dua hari BOJ yang dimulai pada Senin pekan depan untuk memutuskan kenaikan suku bunga pertama sejak tahun 2007.

Di lain sisi, Bursa Asia-Pasifik yang cenderung melemah terjadi di tengah terkoreksinya bursa saham Amerika Serikat (AS), Wall Street kemarin.

Indeks Dow Jones ditutup melemah 0,35%, S&P 500 terkoreksi 0,29%, dan Nasdaq Composite berakhir terdepresiasi 0,3%.

Hasil penutupan pada perdagangan semalam berbanding terbalik dengan pembukaan yang sempat menghijau, walau hanya dalam beberapa menit saja.

Ketiga indeks berakhir di zona merah setelah data Indeks Harga Pordusen (producer price index/PPI) AS pada Februari lalu bergerak lebih tinggi dibandingkan ekspektasi pasar. Masih panasnya data PPI bisa memicu prospek pemangkasan suku bunga bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) pada Juni menyusut.

Laporan Departemen Tenaga Kerja menunjukkan PPI Negeri Paman Sam naik 0,6% secara bulanan (month-to-month/mtm) pada Februari 2024. Nilai tersebut lebih panas dibandingkan dengan kenaikan 0,3% yang diperkirakan oleh para ekonom yang disurvei Reuters.

Dalam basis tahunan (year-on-year/yoy), juga semakin panas dengan naik 1,6% yoy, dibandingkan perkiraan prediksi pasar 1,1% yoy.

Sementara itu, jumlah orang Amerika yang mengajukan klaim pengangguran mencapai 209.000 pada pekan yang berakhir 9 Maret. Nilai tersebut malah turun dibandingkan pekan sebelumnya sebesar 210.000 dan berbanding terbalik dengan konsensus yang proyeksi naik ke 218.000 klaim.

Di sisi lain, penjualan ritel AS periode Februari 2024 dengan hasil 1,5% secara tahunan (yoy), melampaui ekspektasi pasar berdasarkan data Trading Economic sebesar 1% yoy.

Data-data tersebut secara keseluruhan menunjukkan ekonomi AS masih tangguh. Pasalnya, penjualan ritel tumbuh positif, inflasi panas, disertai klaim pengangguran turun. Namun, hal tersebut bisa berimplikasi berbeda untuk prospek pemangkasan suku bunga the Fed.

Perhitungan CME FedWatch Tool pada Jumat dini hari (15/3/2024), menunjukkan peluang 99% suku bunga ditahan pada pertemuan FOMC Maret ini, sementara pemangkasan suku bunga pada Juni menunjukkan peluang 54,5%, ini menyusut dibandingkan pekan lalu yang nilainya nyaris mencapai 60%.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[Gambas:Video CNBC]


Artikel Selanjutnya


Bursa Asia Dibuka Merana Lagi, Kenapa ya?

(chd/chd)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts