Cek! Ini Rasio Utang BUMN Karya yang Menumpuk

Jakarta, CNBC Indonesia – BUMN Karya rencananya akan dipangkas dari 9 perusahaan menjadi 4 perusahaan. Hal ini diungkapkan oleh Menteri badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir.

Read More

Aksi pemangkasan BUMN Karya tersebut untuk memperbaiki kinerja yang memiliki kinerja buruk. Menteri BUMN Erick Thohir memastikan perusahaan BUMN di sektor infrastruktur dan karya akan dilakukan konsolidasi.

“Untuk Karya, nanti kita mau coba konsolidasikan HK (Hutama Karya) dengan Waskita, kalau enggak salah. Lalu PP (PT PP) dengan WIKA(PT Wijaya Karya) supaya konsolidasi keuangannya,bukunya lebih sehat, ADHI (PT Adhi Karya) ada juga. Nanti lebih detilnya,” imbuhnya. Menurut Erick, konsolidasi BUMN Karya akan membuat perusahaan lebih fokus mengerjakan penugasan maupun bisnis sesuai bidang keahlian masing-masing.

Emiten konstruksi yang melantai di bursa saat ini memang memiliki masalah di mata investor, yakni rasio utang.

Rasio hutang sendiri bisa diukur dengan cara membandingkan hutang dengan ekuitas perusahaan atau debt to equity ratio (DER). Adapun DER BUMN Karya:

  • ADHI : 118,5%
  • PTPP : 139,1%
  • WIKA : 190,9%
  • WSKT : 453,90%

Waskita Karya menjadi emiten pelat merah yang memiliki rasio hutang tertinggi dengan 453,9% pada 2022. Selanjutnya diikuti oleh Wijaya Karya yang memiliki rasio hutang terhadap modal sebesar 190,9% pada periode 2022. Sementara PTPP memiliki rasio utang terhadap modal sebesar 139,1% dan Adhi Karya yang paling kecil yakni 118%.

Rasio hutang terhadap modal adalah faktor untuk mengukur risiko hutang perusahaan kala perusahaan ambruk. Rasio yang baik adalah di bawah 100% yang berarti hutang perusahaan masih terkendali karena memiliki modal yang cukup.

Sektor konstruksi memang sector yang padat modal di mana hutang yang besar adalah konsekuensi. Akan tetapi hutang yang terjaga minimal lebih rendah dari rata-rata industri (jika tidak bisa memenuhi standar 100%) mungkin akan lebih disenangi oleh investor. Selain juga yang diperhatikan adalah profitabilitas, arus kas, dan GCG.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

[Gambas:Video CNBC]



Artikel Selanjutnya


Bambang Rianto Tersangka Korupsi, Ini Wajah Baru Bos WSKT

(pap/pap)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts