China, Aktor di Balik Huru-hara Harga Batu Bara Minggu Ini

Jakarta, CNBC IndonesiaHarga batu bara bergerak sangat volatile pekan ini tetapi secara keseluruhan menguat tajam. Banjir bandang menjadi penyebab utama kenaikan batu bara pekan ini.

Read More

Pada perdagangan terakhir pekan ini, Jumat (4/8/2023), harga batu bara kontrak September ditutup di posisi US$ 140,5 per ton. Harganya melemah 0,71%.
Pelemahan tersebut berbanding terbalik dengan lonjakan harga batu ara pada Kamis yang mencapai 2,36%.
Secara keseluruhan, harga batu bara menguat 0,72%. Penguatan tersebut menjadi kabar baik mengingat harga batu bara anjlok 1,59% pada pekan sebelumnya.



Pergerakan harga batu bara pekan ini sangat dipengaruhi oleh perkembangan di China.
Seperti diketahui, Tiongkok dilanda banjir bandang pada pekan ini. Kota
Zhuozhou, kota di barat daya Beijing, bahkan dilanda curah hujan paling deras dalam 140 tahun antara Sabtu lalu hingga Rabu (2/8/2023).

Pihak berwenang di Hebei telah mengumumkan keadaan darurat karena curah hujan rata-rata 355 mm sejak Sabtu pekan lalu (29/7/2023).
Lebih dari 134.000 penduduk Zhuozhou terkena dampaknya, dengan lebih dari seperenam penduduk kota dievakuasi.

Hujan lebat disertai angin topan yang terjadi di China mengganggu jembatan kereta api, yang mengantarkan batu bara sekitar 40 juta ton/tahun, di daerah Jingxing tersapu oleh banjir.
Jalur Daqin, salah satu rute tersibuk di China, yang mengantarkan batu bara dari area produksi ke pelabuhan utara, juga terkena dampak hujan.

Gangguan distribusi tersebut memunculkan kekhawatiran jika pasokan batu bara akan turun tajam sehingga harganya pun naik.
Gangguan distribusi juga bisa meningkatkan impor batu bara karena pemerintah China ingin menjaga pasokan energi.

Selain banjir bandang, penguatan baru bara ditopang rencana stimulus ekonomi China. Stimulus tersebut dibutuhkan karena kondisi ekonomi China yang lesu.
Tiongkok merilis data aktivitas manufaktur yang tergambarkan pada Purchasing Manager’s Index (PMI) kemarin.
PMI Manufaktur NBS resmi meningkat menjadi 49,3 pada Juli 2023 dari 49 pada Juni, dibandingkan dengan perkiraan pasar sebesar 49,2. Kendati PMI membaik, indeks masih terkontraksi sehingga kontraksi sudah berjalan selama empat bulan beruntun.

Untuk semakin mendongkrak ekonominya, Beijing tengah mematangkan stimulus ekonomi. Stimulus berfokus pada upaya untuk menggerakkan konsumsi dalam negeri dan investasi.

Penguatan harga batu bara juga ditopang oleh lonjakan harga komoditas energi lainnya. Harga minyak mentah brent terbang 2% sepekan sementara minyak WTI melesat 2,8%.

Harga gas alam Eropa EU Dutch TTF (EUR) bahkan melambung 11,7%. Harga gas terbang akrena ada proyeksi penurunan output produksi listrik dari tenaga angin.

Gelombang panas yang melanda Benua Biru juga membuat peningkatan permintaan pendingin ruangan sehingga kebutuhan sumber energi bagi pembangkit meningkat.

Namun, harga batu bara juga sempat tertekan oleh India. Salah satu perusahaan batu bara terbesar India, Coal India Ltd (CIL), membukukan kenaikan volume produksi batu bara 13,4% menjadi 53,6 juta ton (MT) pada Juli 2023 secara tahunan (yoy), melansir MoneyControl.

Kenaikan produksi tersebut membuat India sebagai konsumen terbesar batu bara bisa memangkas impor sehingga permintaan global turun dan harga melemah.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

[Gambas:Video CNBC]


Artikel Selanjutnya


Harga Batu Bara Jeblok Hampir 60%, China Jadi Biang Kerok

(mae/mae)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts