China Gak Minat Beli Minyak, Harga Anjlok 2% dalam Sepekan


Read More

Jakarta, CNBC Indonesia – Harga minyak mentah dunia bergerak turun dalam sepekan di tengah keraguan terhadap penurunan permintaan dan berlanjutnya ketidakpastian mengenai kedalaman dan durasi pengurangan pasokan OPEC+.

Pada perdagangan Jumat (8/12/2023), harga minyak mentah WTI ditutup menguat 2,72% di posisi US$71,23 per barel, begitu juga dengan minyak mentah brent ditutup naik 2,42% ke posisi US$75,84 per barel

Sementara dalam sepekan harga minyak mentah WTI bergerak kebawah alias turun 2,48%, begitu juga dengan minyak mentah brent jatuh 2,8% dalam sepekan.



Di awal pekan, harga minyak dunia baik Brent maupun WTI Oil ditutup melemah pasca pengurangan pasokan diumumkan pada hari Kamis oleh Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya termasuk Rusia, yang dikenal sebagai OPEC+.

“Pasar telah memutuskan (rencana produksi OPEC+) tidak akan berdampak besar. Ini lebih bersifat gaya daripada substansi,” ujar Andrew Lipow, presiden Lipow Oil Associates.

Sementara pada pekan lalu, OPEC+ mengumumkan pengurangan produksi yang bersifat sukarela, sehingga menimbulkan keraguan apakah produsen akan menerapkannya sepenuhnya atau tidak. Investor juga tidak yakin mengenai bagaimana pemotongan tersebut akan diukur.

“‘Kesepakatan’ OPEC+ minggu lalu tidak meyakinkan,” ucap Craig Erlam, analis di broker OANDA.

Keraguan pemangkasan suplai minyak ini juga diyakini oleh analis pasar keuangan di perusahaan jasa keuangan Amerika, StoneX, Fiona Cincotta. “Unsur sukarela dalam kesepakatan ini membuat pasar mempertanyakan apakah pengurangan pasokan benar-benar akan berlaku,” ujar Fiona Cincotta.

Tidak sampai di situ, anjloknya harga minyak juga ditengarai karena kekhawatiran terhadap permintaan bahan bakar global meningkat setelah data AS menunjukkan kenaikan persediaan bensin yang lebih besar dari perkiraan.

“Ada penurunan permintaan yang berasal dari sisi bahan bakar,” ujar Dennis Kissler, wakil presiden senior perdagangan di BOK Financial, dilansir dari Reuters.

Stok bensin AS naik 5,4 juta barel pekan lalu, menurut Badan Informasi Energi (EIA), lebih dari lima kali lipat kenaikan 1 juta barel yang diperkirakan para analis. Bensin berjangka AS RBc1 anjlok ke level terendah dalam dua tahun.

“Meskipun saat itu bukan musim puncak bensin, permintaan selama liburan panjang Thanksgiving akhir pekan lesu,” ujar John Kilduff, mitra Again Capital LLC.

Permintaan bensin minggu lalu tertinggal dari rata-rata musiman 10 tahun sebesar 2,5%. Lebih lanjut, China sebagai negara importir minyak terbesar di dunia pun saat ini sedang menutup dahaganya terhadap minyak mentah.

“Dengan importir minyak terbesar dunia (China) menutup dahaganya terhadap minyak mentah, tekanan tetap ada pada harga karena produsen terbesar, Amerika Serikat, terus melanjutkan produksinya,” ujar analis PVM Oil, John Evans.

Data bea cukai China menunjukkan bahwa impor minyak mentah pada bulan November turun 9% dari tahun sebelumnya karena tingkat persediaan yang tinggi, indikator ekonomi yang lemah dan melambatnya pesanan dari penyulingan independen melemahkan permintaan.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[Gambas:Video CNBC]


Artikel Selanjutnya


AS Proyeksikan Ekonomi Cerah , Minyak Gagal Anjlok

(rev)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts