Defisit di RI Bikin Investor Goyah, Dolar Naik Jadi Rp15.680


Read More

Jakarta, CNBC Indonesia – Rupiah melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada saat momen defisit secara bertubi-tubi terjadi di Indonesia.

Dilansir dari Refinitiv, rupiah ditutup melemah 0,29% di angka Rp15.680/US$. Pelemahan rupiah ini sejalan dengan depresiasi yang terjadi kemarin (27/2/2024) yang melemah sebesar 0,06% serta merupakan penurunan yang terjadi selama empat hari beruntun.

Sementara DXY pada pukul 14:47 WIB naik di angka 104,07 atau sebesar 0,24%. Angka ini lebih tinggi jika dibandingkan dengan penutupan perdagangan kemarin yang berada di angka 103,83.



Tekanan terhadap rupiah terjadi di tengah berbagai sentimen defisit yang terjadi belakangan ini serta proyeksi potensi defisit yang semakin melebar ke depan.

Sebagai informasi, pada kuartal IV-2023 tercatat transaksi berjalan Indonesia mengalami pelebaran defisit menjadi US$ 1,3 Miliar sementara secara keseluruhan tahun 2023 defisitnya mencapai US$1,6 Miliar atau 0,1% dari produk domestik bruto (PDB).

Di sisi lain Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2023 defisit sebesar Rp347,6 triliun atau 1,65% dari PDB.

Twin defisit yang terjadi ini menyebabkan perspektif investor asing terhadap kondisi perekonomian Indonesia kurang baik. Alhasil depresiasi rupiah tak terhindarkan.

Ekonom CIMB Niaga, Mika Martumpal mengatakan twin deficit kerap berdampak negatif ke pasar keuangan RI, meski faktor suku bunga dan prospek pertumbuhan global turut mempengaruhi stabilitas pasar.

Lebih lanjut, ke depan, proyeksi defisit APBN berpotensi semakin melebar menjadi sekitar 2,8%.

Seperti diketahui, APBN 2025 akan menjadi pedoman presiden berikutnya. Melihat data real count Komisi Pemilihan Umum (KPU), APBN tersebut akan digunakan Prabowo Subianto.

Di lain sisi, investor juga masih menunggu data inflasi Indonesia dan Personal Consumption Expenditure (PCE) AS yang akan dirilis pekan ini.

Terkhusus jika data inflasi AS mengalami kenaikan atau di atas ekspektasi pasar, maka hal ini mengindikasikan suku bunga bank sentral AS (The Fed) masih akan ditahan di posisi yang tinggi dalam waktu yang lama. Alhasil tekanan terhadap mata uang Garuda akan tetap tinggi.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[Gambas:Video CNBC]



Artikel Selanjutnya


Video: Rupiah Anjlok! Tembus Rp 15.700 Per Dolar AS

(rev/rev)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts