Diselidiki Gegara Hindenburg, Icahn Enterprises Anjlok 15%

Jakarta, CNBC Indonesia – Harga saham Icahn Enterprises anjlok 15% pada Rabu waktu Amerika Serikat (10/5), usai perusahaan mengungkapkan penyelidik federal sedang mencari informasi soal tata kelola perusahaan.

Read More

Perusahaan milik investor Carl Icahn tersebut mengungkapkan dalam keterbukaan informasi bursa AS pada Rabu, mereka menerima permintaan dari jaksa pada 3 Mei, sehari setelah short seller Hindenburg Research merilis sebuah laporan yang mengatakan bahwa Icahn Enterprises memiliki valuasi terlalu tinggi dan menggelembungkan nilai sejumlah asetnya.

Pada minggu lalu, saham Icahn Enterprises ambles hampir 25%.

“Kantor Kejaksaan AS belum mengajukan klaim atau tuduhan terhadap kami atau Tuan Icahn sehubungan dengan penyelidikan sebelumnya,” kata Icahn Enterprises dalam berkas keterbukaan informasi 10-Q, dikutip CNBC International (10/5).

Dalam pernyataan terpisah, perusahaan menyebut laporan Hindenburg “menyesatkan dan mementingkan diri sendiri,” dengan mengatakan perusahaan yang dipimpin Nathan Anderson tersebut menggunakan taktik “menghancurkan properti secara sembrono dan melukai warga sipil yang tidak bersalah.”

“Modus operandi Tuan Anderson adalah meluncurkan kampanye disinformasi untuk mendistorsi citra perusahaan, merusak reputasi mereka, dan menghabiskan tabungan yang diperoleh dengan susah payah dari investor individu,” kata Icahn Enterprises.

“Tapi, tidak seperti banyak korbannya, kami tidak akan berdiam diri. Kami bermaksud untuk mengambil semua langkah yang tepat untuk melindungi pemegang unit kami dan melawan balik.”

Icahn, ‘perampok’ perusahaan paling terkenal dalam sejarah, namanya mulai melambung setelah melakukan pengambilalihan paksa Trans World Airlines pada 1980-an, melucuti aset perusahaan tersebut. Baru-baru ini, investor triliuner itu terlibat dalam investasi aktivis di McDonald’s dan perusahaan biotek Illumina.

Berkantor pusat di Sunny Isles Beach, Florida, AS, Icahn Enterprises adalah perusahaan induk yang berinvestasi di berbagai bisnis termasuk energi, otomotif, pengemasan makanan, logam, dan real estat.

Sebelumnya, dalam laporannya, terbit 2 Mei lalu, Hindenburg menuduh Icahn menggunakan struktur ekonomi mirip skema ponzi di perusahaan investasinya.

Praktis, laporan Hindenburg memicu perselisihan antara pendiri perusahaan, Nathan Anderson, dan bos IEP Icahn, yang masing-masing dikenal gemar memblejeti kelakuan para eksekutif perusahaan dengan tuduhan penyimpangan dan ketidakmampuan.

“Kami pikir Icahn, seorang legenda Wall Street, telah membuat kesalahan klasik dengan mengambil terlalu banyak leverage (pengungkit) dalam menghadapi kerugian yang berkelanjutan,” tweet Hindenburg Selasa (2/5), dikutip Wall Street Journal (WSJ).

Hindenburg, yang berbasis di New York, mengatakan dalam laporannya bahwa Icahn Enterprises diperdagangkan dengan valuasi premium dibandingkan perusahaan sejenis (peers), lantaran ditopang oleh penggelembungan valuasi investasinya.

Sebagai perusahaan short-selling, Hindenburg memperoleh keuntungan dari taruhan yang ia pasang terhadap perusahaan dan menerbitkan laporan penelitiannya dengan harapan dapat mempengaruhi pasar untuk menurunkan harga saham perusahaan tersebut.

Hindenburg mulai dikenal setelah berhasil menarik perhatian publik dengan taruhannya terhadap perusahaan truk hidrogen, Nikola.

Awal tahun ini, perusahaan ini menargetkan Adani Group, sebuah konglomerat India yang kehilangan sekitar US$110 miliar setelah laporan Hindenburg terbit. Adani Group membantah tuduhan tidak benar dari Hindenburg mengenai sahamnya.

Nikola mengakui bahwa beberapa tuduhan Hindenburg benar, tetapi membantah tuduhan bahwa perusahaannya adalah penipuan.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

[Gambas:Video CNBC]



Artikel Selanjutnya


Gak Mau Kayak Adani, Ini Cara Bursa RI Deteksi Saham Gorengan

(pap/pap)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts