Harga Batu Bara Terkerek Tembus US$ 160, Ini Efeknya ke Bayan

Jakarta, CNBC Indonesia – Harga batu bara kini menunjukkan tren positif, di mana kini telah mencapai level US$ 160 per ton, tertinggi dalam empat bulan terakhir. Pada Mei 2023 lalu harga batu bara sempat terpuruk ke level US$ 130-an per ton.

Read More

Lantas, bagaimana dampaknya ke perusahaan batu bara?

Direktur PT Bayan Resources Tbk (BYAN) Alexander Ery Wibowo meyakini ini bisa berdampak positif bagi pendapatan perusahaan.

“Untuk pergerakan tren ini tentunya nantinya akan bisa meningkatkan revenue perusahaan karena average selling price batu bara tergantung tadi kategorinya, ada kategori berdasarkan gar atau spek batu bara, peningkatannya atau ada penurunannya tergantung daripada masing-masing batu bara yang diproduksi oleh perusahaan tambang,” jelasnya kepada CNBC Indonesia dalam program Mining Zone, dikutip Jumat (22/9/2023).

Khusus ke Bayan, menurutnya meski kini ada tren peningkatan harga batu bara, namun perusahaan tidak memiliki ruang lebih besar untuk menjualnya ke pasar spot. Pasalnya, mayoritas batu bara perusahaan sudah terkontrak jangka panjang dengan pembeli.

“Untuk Bayan sendiri, dari awal tahun kita sudah committed sales ya, artinya sudah terikat kontrak untuk penjualan jangka panjang dan juga hanya ada sedikit spot ya, artinya peningkatan harganya tentu mempengaruhi revenue perusahaan,” tambahnya.

Tercatat, pada paruh pertama tahun 2023 ini, Bayan berhasil membukukan pertumbuhan produksi dan penjualan batu bara hingga 40% atau sebanyak 24 juta ton. Bayan juga sukses meningkatkan pendapatan hingga 33,92% year on year (YoY), dengan laba bersih bertumbuh 13,66% (YoY) menjadi US$ 418,91 juta.

“Itu peningkatan yang besar dan melihat kerja keras untuk mencapainya sejauh ini di area yang dapat kami kendalikan. Kami pikir kami telah melakukannya dengan cukup baik,” ujar CFO Bayan Resources, Alastair Gordon Christopher McLeod kepada CNBC Indonesia, dikutip Senin (11/9/2023).

Dia mengungkap, capaian positif ini didorong oleh beberapa faktor, khususnya di semester 1 2023. Misalnya, permintaan batu bara yang masih sangat kuat. Hal ini disebabkan oleh kebutuhan yang terus meningkat dari pembangkit listrik di Indonesia bahkan dunia.

Selain itu, Bayan juga berhasil mengontrol dan mempertahankan kenaikan biaya seiring adanya peraturan perundang-undangan tarif royalti baru oleh Kementerian ESDM dan Keuangan.

Sebagaimana diketahui, tarif royalti progresif itu berlaku disesuaikan dengan harga batu bara acuan (HBA) terkini, sehingga apabila harganya di atas US$ 90 per ton, maka akan ditetapkan tarif royalti sebesar 13,5%.

“Kami telah berhasil mempertahankan kenaikan biaya tersebut. Jadi kami telah bekerja keras untuk membatasi kenaikan biaya saat ini,” jelasnya.

[Gambas:Video CNBC]


Artikel Selanjutnya


Bayan Ungkap Kontribusi Batu Bara Dalam Transisi Energi di RI

(wia)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts