IHSG Ambruk, Rupiah Makin Terpuruk dan Terburuk di Asia!

Jakarta, CNBC Indonesia – Pelemahan nilai tukar rupiah semakin besar melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada pertengahan perdagangan Selasa (10/1/2022). Padahal berdasarkan data Refinitiv, rupiah sebelumnya sempat menguat 0,29%.

Read More

Pada pukul 11:26 WIB, rupiah berbalik melemah 0,19% ke Rp 15.595/US$. Dengan pelemahan tersebut, rupiah menjadi yang terburuk di Asia siang ini. Berapa mata uang bahkan mampu menguat melawan dolar AS.


Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang ambruk hingga 1,35% menunjukkan sentimen pelaku pasar kurang bagus, dan turut menyeret rupiah saat dolar AS juga sedang jeblok.

Senin kemarin indeks dolar AS jeblok 0,85% ke 103,001, terendah sejak 10 Juni 2022.

Pelaku pasar kini sudah menimbang-nimbang apakah bank sentral AS (The Fed) akan mengendurkan laju kenaikan suku bunganya, atau bisa memangkas suku bunganya lebih cepat.

Namun, untuk hari ini pasar masih menanti pidato ketua The Fed, Jerome Powell, untuk mencari petunjuk apakah laju kenaikan suku bunga akan dikendurkan setelah beberapa data ekonomi menunjukkan pelambatan. Hal ini membuat rupiah masih sulit menguat meski indeks dolar AS jeblok.

Seperti diketahui sepanjang 2022, The Fed menaikkan suku bunga sebesar 425 basis poin menjadi 4,25% – 4,5%, menjadi yang tertinggi dalam 15 tahun terakhir. Kenaikan tersebut juga menjadi yang paling agresif sejak tahun 1980an.

Pada 2023, The Fed Sebelumnya mengindikasikan akan menaikkan suku bunga dua kali lagi, 50 basis poin pada Februari dan 25 basis poin sebelulan berselang hingga menjadi 5% – 5,25%. Itu kan menjadi level puncak suku bunga di Amerika Serikat, tersirat dariFed dot plotyang dirilis Desember lalu.

Namun, berdasarkan perangkat FedWatch milik CME Group, pasar kini melihat The Fed akan menakikkan suku bunga masing-masing 25 basis poin pada Februari dan Maret, sehingga puncaknya menjadi 4,75% – 5%.

Probabilitas kenaikan 25 basis poin pada Februari sebesar 80,2% dan pada Maret 69,7%.

The Fed sebelumnya juga menyatakan suku bunga tidak akan diturunkan hingga 2024. Tetapi, dengan data ekonomi AS yang sudah mulai menunjukkan tanda-tanda pelambatan, pelaku pasar melihat peluang The Fed bisa menurunkan suku bunga lebih cepat.

Perangkat FedWatch menunjukkan suku bunga bisa dipangkas di akhir 2023.

“Banyak orang melihat Fed funds futures dan sepertinya akan ada satu kenaikan di Februari dan kemungkinan pemangkasan pada akhir tahun. Itu menurut saya akan menguatkan jalan bagi pelaku pasar untuk menjual dolar AS.” kata Edward Moya, analis pasar senior di Oanda.

TIM RISET CNBC INDONESIA

[Gambas:Video CNBC]


Artikel Selanjutnya


Terkapar Lawan Dolar AS, Rupiah Dekati Level Rp 15.600/USD

(pap/pap)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts