IHSG Balik Arah Ke Zona Merah, 5 Saham Big Cap Ini Biang Keroknya


Read More

Jakarta, CNBC Indonesia – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terpantau cenderung melemah pada perdagangan sesi I Rabu (8/5/2024), setelah sempat menguat di awal sesi I hari ini.

Per pukul 10:00 WIB, IHSG melemah 0,19% ke posisi 7.109,83. IHSG hingga sesi I hari ini masih bertahan di level psikologis 7.100.

Nilai transaksi indeks pada perdagangan sesi I hari ini sudah mencapai sekitar Rp 3,4 triliun dengan melibatkan 5,5 miliar saham yang berpindah tangan sebanyak 366.503 kali.

Secara sektoral, sektor kesehatan menjadi pemberat terbesar IHSG di sesi I hari ini, yakni mencapai 0,91%.

Beberapa saham juga terpantau menjadi penekan (laggard) IHSG pada sesi I hari ini. Berikut daftarnya.


Saham perbankan paling jumbo di Indonesia berdasarkan kapitalisasi pasarnya yakni PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) menjadi penekan terbesar IHSG di sesi I hari ini, yakni mencapai 5,2 indeks poin.

Volatilitas IHSG cenderung masih cukup tinggi pada hari ini karena investor biasanya melakukan aksi profit taking menjelang libur panjang. Adapun pada hari ini merupakan perdagangan terakhir di pekan ini, sebelum libur panjang Hari Kenaikan Yesus Kristus.

Pelaku pasar biasanya akan mengumpulkan cuan terlebih dahulu sebelum libur atau mengantisipasi kondisi terburuk selama libur panjang.

Sebelumnya pada Senin lalu, para pelaku pasar telah menerima hasil data pertumbuhan ekonomi RI kuartal I-2024 yang tercatat 5,11% secara tahunan (year-on-year/yoy).

Pada hari ini, dari dalam negeri, Bank Indonesia (BI) akan mengumumkan cadangan devisa (cadev) RI periode April 2024.

Para pelaku pasar memprediksi nilai cadangan devisa Indonesia berpotensi terkuras jauh lebih besar ketimbang bulan sebelumnya.

Hal ini dikarenakan rupiah telah tertekan sebesar 2,6% sepanjang April dan menyentuh level terlemah dalamempat tahun terakhir di level Rp 16.260/US$.

Pelemahan rupiah pun menyebabkan BI melakukan intervensi besar-besaran di saat pasar mulai dibuka setelah libur Lebaran lalu.

Intervensi dilakukan di pasar spot maupun pasar forward domestik (DNDF) juga pasar surat berharga negara (SBN). Intervensi di pasar spot lebih menguras banyak dana ketimbang di pasar forward domestik.

Sebagai informasi, posisi cadangan devisa Indonesia pada akhir Maret 2024 tetap tinggi sebesar 140,4 miliar dolar AS, meski menurun dibandingkan posisi pada akhir Februari 2024 sebesar 144,0 miliar dolar AS.

Penurunan posisi cadangan devisa tersebut antara lain dipengaruhi oleh pembayaran utang luar negeri pemerintah, antisipasi kebutuhan likuiditas valas korporasi, dan kebutuhan untuk stabilisasi nilai tukar Rupiah seiring dengan masih tingginya ketidakpastian pasar keuangan global.

Posisi cadangan devisa tersebut setara dengan pembiayaan 6,4 bulan impor atau 6,2 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor.

BI menilai cadangan devisa tersebut mampu mendukung ketahanan sektor eksternal serta menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.

[Gambas:Video CNBC]



Artikel Selanjutnya


IHSG Loyo, 6 Saham Ini Jadi Biang Kerok

(chd/chd)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts