IHSG Loyo Lagi ke 7.100-an, 5 Saham Big Cap Ini Jadi Penekannya


Read More

Jakarta, CNBC Indonesia – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terpantau kembali merana pada perdagangan sesi I Selasa (2/4/2024), meski koreksinya pada hari ini sudah cenderung membaik.

Per pukul 10:06 WIB, IHSG melemah 0,29% ke posisi 7.184,31. IHSG saat ini berada di level psikologis 7.100, setelah berusaha untuk bertahan di level psikologis 7.200.

Nilai transaksi indeks pada perdagangan sesi I hari ini mencapai sekitar Rp 2,6 triliun dengan melibatkan 4,3 miliaran saham yang berpindah tangan sebanyak 289.088 kali.

Beberapa saham turut menjadi penekan (laggard) IHSG pada sesi I hari ini. Berikut saham-saham yang menjadi laggard IHSG.









Emiten Kode Saham Indeks Poin Harga Terakhir Perubahan Harga
Bank Rakyat Indonesia (Persero) BBRI -11,70 5.825 -2,53%
Telkom Indonesia (Persero) TLKM -8,17 3.440 -1,99%
Bank Mandiri (Persero) BMRI -6,85 6.825 -1,09%
Bank Negara Indonesia (Persero) BBNI -5,44 5.500 -2,65%
Amman Mineral Internasional AMMN -2,53 8.775 -0,85%

Sumber: Refinitiv & RTI

Tiga saham bank raksasa masih menjadi penekan IHSG pada sesi I hari ini, dengan saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) menjadi penekan terbesar yakni mencapai 11,7 indeks poin.

IHSG kembali melemah karena investor masih cenderung melakukan aksi profit taking menjelang libur Lebaran yang tinggal menghitung hari.

Selain itu, depresiasi rupiah yang masih terjadi hingga hari ini juga menjadi pemberat IHSG. Pelemahan rupiah dipengaruhi tingginya permintaan dolar Amerika Serikat (AS) karena masa repatriasi dividen dari dalam negeri. Lalu, derasnya arus keluar modal asing dari pasar keuangan dalam negeri.

Koreksinya IHSG juga terjadi di tengah panasnya lagi data ekonomi AS terbaru. Tadi malam, Institute for Supply Management (ISM) melaporkan Purchasing Manager’s Index (PMI) manufaktur meningkat menjadi 50,3 pada Maret lalu, menjadi yang tertinggi dan pertama di atas 50 sejak September 2022, dari sebelumnya di angka 47,8 pada Februari lalu.

Hal ini menunjukkan sektor manufaktur, yang terpukul oleh kenaikan suku bunga, mulai pulih. PMI menggunakan angka 50 sebagai titik mula. Jika di atas 50, maka artinya dunia usaha sedang dalam fase ekspansi. Sementara di bawah itu artinya kontraksi.

Sebelumnya pada Jumat pekan lalu, Inflasi PCEAS pada Februari 2024 naik menjadi 2,5% secara tahunan (year-on-year/yoy), dari sebelumnya pada Januari lalu sebesar 2,4%. Meski begitu, angka ini sudah sesuai dengan ekspektasi pasar.

Namun secara bulanan (month-to-month/mtm), inflasi PCE cenderung melandai sedikit menjadi 0,3%.

Sementara untuk inflasi PCE inti, yang tidaktermasuk makanan dan energi meningkat 2,8% pada Februari lalu, lebih rendah sedikit dari posisi Januari lalu yang tumbuh 2,9%. Angka ini juga sudah sesuai dengan prediksi pasar sebelumnya.

Dengan naiknya kembali inflasi PCE dan pulihnya sektor manufaktur di AS, membuat pasar kembali khawatir bahwa pemangkasan suku bunga bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) tidak akan dilakukan pada pertemuan Juni mendatang.

Kini, investor memperkirakan peluang penurunan suku bunga The Fed sebesar 58% pada Juni, turun dari sekitar 64% pada pekan lalu, berdasarkan perangkat CME FedWatch.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.

[Gambas:Video CNBC]


Artikel Selanjutnya


Habis Cetak Rekor IHSG Balik Lesu, Saham Ini Biang Keroknya

(chd/chd)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts