Indonesia Baik Baik Saja 2023, Asal Jiwa Binatang mu Dijaga

Jakarta, CNBC Indonesia – Dari semua berita buruk soal perekonomian global, pada intinya orang akan bertanya-tanya, bagaimana nasib Indonesia tahun 2023. Ada sejumlah data yang bisa menjadi bukti bila Indonesia berpotensi besar lolos dari prediksi stagflasi dunia, dan segala krisis yang menyertainya. Indonesia akan baik baik saja.

Read More

Pertama, struktur produk domestik bruto (PDB) Indonesia itu paling besar, di atas 50% disumbang oleh pengeluaran rumah tangga, investasi fisik (PMTB) sekitar 30% dan ekspor sekitar 20%. Struktur ini menunjukkan bahwa hasil produksi anak negeri bisa terserap maksimal oleh pasar dalam negeri, tanpa khawatir permintaan dunia melemah. Sesederhana ini buktinya.

Indonesia adalah pasar besar dengan 274 juta jiwa, negara berpenduduk keempat terbanyak dunia, setelah Amerika Serikat, India dan China. Dengan jumlah itu resesi global yang menurunkan permintaan ekspor tidak akan banyak berpengaruh terhadap aktivitas perekonomian, sebab mayoritas hasil produksi barang dan saja dapat terserap oleh pasar domestik.

Dari sisi produksi, jumlah populasi besar juga meningkatkan daya saing untuk pasar tenaga kerja yang murah. Semakin banyak jumlah tenaga kerja, makin banyak pula produk yang bisa dihasilkan. Ini akan menarik investasi asing, dimana Indonesia menawarkan pasar tenaga kerja murah plus pasar domestik yang besar. Di tengah kelesuan global, Indonesia adalah sedikit negara yang menawarkan penawaran imbal hasil investasi terbaik di masa krisis.

Kedua, pasar ekspor cetek. Peran ekspor dalam PDB relatif masih rendah, itu pun masih berpotensi tetap menguat karena mayoritas komoditas Indonesia adalah sumber daya alam. Dengan perang Rusia-Ukraina yang memicu krisis energi dunia, Indonesia cukup diuntungkan karena permintaan batubara meningkat.

Kalaupun ekspor benar-benar suram tahun depan, tidak sepantasnya Indonesia lantas panik. Paling tidak bila melihat keterhubungan ekonomi domestik dengan global. Transmisi dampak krisis global biasanya lewat ekspor, dimana relasinya cukup rendah. Rasio perdagangan RI terhadap PDB itu sangat rendah, hanya kurang lebih 40%. Bandingkan dengan Thailand di atas 110%, Malaysia 130% dan Singapura diatas 300%.


Rasio itu cukup memberikan kepercayaan diri bila, apapun yang terjadi di luar sana tidak akan banyak memengaruhi utilitas produksi dalam negeri. Berbeda dengan negara lain, yang cukup bergantung pada pasar ekspor. Inilah mengapa, berita suram di luar sana tak lantas perlu menciutkan optimisme di dalam negeri pada 2023.

Ketiga, fenomena keterpisahan Indonesia dengan dunia luar juga terjadi di pasar keuangan. Selain pasar keuangan Indonesia yang masih cetek, maksudnya instrumennya itu itu saja, tak dalam, ini membuat tak banyak uang asing yang ngendon di Indonesia. Kemudian, jumlah uang panas atau modal asing juga sudah mulai sedikit. Sampai bulan lalu ada lebih dari Rp160 triliun dana asing keluar dari pasar obligasi negara tahun ini, menyisakan kepemilikan asing tinggal 14%, jauh dibanding kisaran 30% pada situasi normal.

Kabar baiknya, semakin sedikit dana asing semakin kokoh pasar keuangan Indonesia, dan relatif aman dari goncangan gejolak global. Ini akan membantu mengurangi tekanan kurs rupiah dari dolar Amerika Serikat. Sebab, potensi arus dana asing keluar akan semakin sedikit, sehingga volatilitas di pasar domestik akan berkurang.

Animal Spirit

Dari semua ancaman resesi yang bisa menular ke Indonesia, potensi pemicunya justru bukan dari luar negeri, tetapi dalam negeri. Yaitu persepsi masyarakat terhadap masa depan ekonomi Indonesia nanti. Persepsi penting karena akan mempengaruhi prilaku ekonomi konsumen, yang nota bene penyumbang lebih dari 50% PDB.

Adalah Animal spirits, sebuah frasa yang digunakan oleh ekonom John Maynard Keynes dalam bukunya The General Theory of Employment, Interest and Money. Maestro ekonomi ini untuk menggambarkan bahwa naluri, kecenderungan dan emosi dapat mempengaruhi dan membimbing perilaku manusia. Dalam ekonomi ya prilaku konsumen.

Seperti juga jiwa binatang, akan ada reaksi bila manusia mencium gelagat yang tidak enak di depan mata. Anggap saja, prediksi prediksi suram ekonomi global ke depan bila tidak dipahami betul konteksnya akan membuat persepsi hal itu juga akan melanda Indonesia.

Ketakutan terhadap ekonomi suram bisa membuat masyarakat mengerem belanja, yang mana merupakan motor utama PDB. Bila ini terjadi, prediksi hal-hal buruk di luar negeri bisa beneran terjadi di sini. Karena itu upaya pemerintah mengingatkan akan ada bahaya global ke depan perlu dilakukan secara hati hati agar tidak merugikan diri sendiri.

TIM RISET CNBC INDONESIA

[Gambas:Video CNBC]


Artikel Selanjutnya


Ini Lebih Ngeri dari Resesi, Pengganti Jokowi Bakal Pusing!

(mum/mum)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts