Inflasi China Jadi Perhatian, Tapi Bursa Asia Tetap Bergairah


Read More

Jakarta, CNBC Indonesia Mayoritas bursa Asia-Pasifik dibuka menguat pada perdagangan Kamis (8/2/2024), menjelang rilis data inflasi China pada periode Januari 2024.

Per pukul 08:56 WIB, indeks Nikkei 225 Jepang melesat 1,05%, Shanghai Composite China menguat 0,45%, ASX 200 Australia bertambah 0,55%, dan KOSPI Korea Selatan terapresiasi 0,63%.

Namun, untuk indeks Hang Seng Hong Kong turun 0,1% dan Straits Times Singapura melemah 0,21%.

Dari China, pada hari ini data inflasi periode Januari 2024 akan dirilis. Konsensus pasar dalam Trading Economics memperkirakan China masih akan mengalami deflasi, di mana Indeks Harga Konsumen (IHK) China pada bulan lalu diprediksi kembali berkontraksi menjadi minus 0,5% secara tahunan (year-on-year/yoy).

Sedangkan secara basis bulanan (month-to-month/mtm), IHK Negeri Panda pada bulan lalu diprediksi mengalami kenaikan menjadi 0,4%.

Saat ini, perekonomian China masih lesu sehingga potensi China menjadi negara dengan perekonomian terbesar di dunia makin berkurang. Perlambatan sejumlah sektor jadi biang keladi.

China mengalami masa pemulihan pasca pandemi yang sangat sulit karena kombinasi beberapa faktor yang berasal dari luar pandemi, termasuk tenaga kerja yang menua, permintaan internal yang lebih lambat, dan krisis yang sedang berlangsung di sektor properti.

Meski begitu, beberapa hari kedepan, China akan merayakan hari besarnya yakni Imlek. Dengan adanya Imlek tersebut, maka diharapkan ekonomi China bisa setidaknya bangkit sedikit karena pola konsumsi masyarakat China yang meningkat akibat adanya Imlek.

Jika pola konsumsi meningkat, maka bukan tidak mungkin IHK China dapat terlepas dari jeratan deflasi. Namun jika benar demikian, China yang terlepas dari jeratan deflasi sepertinya hanya bersifat sementara, selama krisis yang ada belum berhasil dipulihkan kembali.

Di lain sisi, bursa Asia-Pasik yang cenderung menguat terjadi di tengah kembali bergairahnya bursa Amerika Serikat (AS), Wall Street kemarin.

Indeks Dow Jones Index (DJI) ditutup menguat 0,4%, S&P 500 menanjak 0,82%, dan Nasdaq Composite melesat 0,95%.

Perilisan kinerja keuangan beberapa emiten di AS kembali menjadi penopang Wall Street kemarin, meski sentimen dari prospek pemangkasan suku bunga acuan bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) masih menghantui karena perbedaan pendapat dari para pejabat The Fed.

Saham Nvidia dan Microsoft naik sekitar 2% dan diperdagangkan pada level tertinggi baru, sementara Meta Platforms (Facebook) melonjak 3,3%. Alphabet (Google) dan Amazon masing-masing naik sekitar 1%.

Dengan lebih dari separuh perusahaan S&P 500 melaporkan hasil kuartalannya, di mana sebanyak 81,2% melampaui ekspektasi laba, menurut data LSEG pada Selasa lalu.

Di lain sisi, perbedaan pendapat pejabat The Fed terkait kebijakan suku bunga masih terjadi hingga kini, di mana ada yang sudah bernada dovish, tetapi ada pula yang masih hawkish.

Sejumlah pejabat The Fed menyampaikan pandangan mengenai kebijakan The Fed ke depan di beberapa acara pekan ini.

Mayoritas menegaskan jika The Fed belum akan memangkas suku bunga sampai mereka percaya diri jika inflasi akan turun ke kisaran 2%. Namun, terdapat pula pejabat yang cenderungdovish.

“Saat ini kebijakan kami sudah bagus, kamu sangat hati-hati dalam menilai data-data yang sudah ada dan outlook ke depan. Jika kami mulai percaya diri kamu akan mulai memangkas suku bunga tahun ini,” tutur Presiden The Fed Boston Susan Collins di acara Boston Economic Club, kemarin, dikutip dariReuters.

Sebelumnya, Chairman The Fed Jerome Powell sudah mengisyaratkan jika pemangkasan masih jauh.Powell dalam wawancaranya di “60 Minutes” diCBSmengatakan jika The Fed akan berhati-hati dalam memangkas suku bunga tahun ini.

“Kami inginmelihat bukti yang lebih meyakinkan jika inflasi melaju ke kisaran 2% sebelum mengambil langkah yang sangat penting berupa pemangkasan suku bunga,” tutur Powell, dikutip dariCNBC International.

Presiden The Richmond President Thomas Barkin di acara The Economic Club of Washington juga menyampaikan pandanganhawkish.Dia menekankan jika The Fed akan sabar menunggu inflasi turun.

Sebaliknya, Presiden The Fed Minneapolis Neel Kashkari memiliki pandangan yang lebihdovish.

Saya bisa katakan dua atau tiga kali pemangkasan suku bunga tepat dilakukan sejarang jika melihat data yang ada,” tuturnya dikutip dariCNBC International.

Dengan masih adanya perbedaan pandangan tersebut, maka ketidakpastian masih akan terus terjadi dan membuat investor kembali menahan selera risikonya, sehingga pasar saham kembali mendatar.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[Gambas:Video CNBC]



Artikel Selanjutnya


Bursa Asia Dibuka Merana Lagi, Kenapa ya?

(chd/chd)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts