Investor Global Kompak Jual Reksa Dana Saham, Kenapa?


Read More

Jakarta, CNBC Indonesia – Investor global melepas aset reksadana saham selama dua minggu berturut-turut pada pekan yang berakhir 10 April, di tengah kekhawatiran inflasi yang terus berlanjut dan berkurangnya ekspektasi penurunan suku bunga Federal Reserve AS pada bulan Juni.

Mengutip laman Reuters, data ekonomi yang telah dirilis menunjukkan harga konsumen AS meningkat lebih dari yang diharapkan pada bulan Maret. Hal itu menimbulkan keraguan lebih lanjut tentang apakah Federal Reserve akan mulai menurunkan suku bunga pada bulan Juni.

Investor global melepas reksa dana saham global sebesar US$ 2,9 miliar selama seminggu, dengan reksa dana saham AS dan Asia mengalami arus keluar masing-masing sebesar US$ 2,7 miliar dan US$ 1,9 miliar.

Di sisi lain, reksa dana saham Eropa malah mengalami arus modal masuk sebesar US$ 891 juta.

Di antara reksa dana sektoral, para investor menarik dana bersih sebesar US$ 708 juta dari sektor teknologi, mematahkan tren pembelian selama 12 minggu.

Sebaliknya, reksa dana saham global memiliki arus masuk yang kuat sebesar US$ 60 miliar pada kuartal pertama tahun ini. Hal itu didorong oleh antisipasi investor terhadap penurunan suku bunga Federal Reserve, yang meningkatkan daya tarik ekuitas global yang lebih berisiko.

Sementara itu, reksadana obligasi global menarik arus masuk yang kuat, mengumpulkan US$ 12,8 miliar selama seminggu yang didorong oleh meredanya ekspektasi penurunan suku bunga AS dalam waktu dekat.

Kepala investasi UBS Global Wealth Management Mark Haefele telah merevisi pandangannya untuk mengantisipasi bahwa the Fed dapat menurunkan suku bunga sebesar 50 basis poin mulai bulan September, bukan Juni.

“Dengan imbal hasil US Treasury 10 tahun pada 4,55% pada penutupan ekuitas AS hari Rabu, kami melihat saat ini adalah waktu yang menarik untuk mengunci imbal hasil. Kami mempertahankan preferensi kami untuk obligasi berkualitas,” katanya dikutip Jumat (12/4).

Obligasi dolar AS jangka menengah mengalami arus masuk yang kuat sebesar US$ 2 miliar, sementara obligasi dolar AS jangka pendek pemerintah mengumpulkan US$ 1,3 miliar. Dana partisipasi pinjaman mendapatkan US$ 686,6 juta, sementara dana pemerintah daerah dalam dolar AS mengumpulkan US$ 505 juta.

Di sisi lain, dana obligasi korporasi dalam dolar AS mengalami arus keluar sebesar US$ 1 miliar, dan dana obligasi dolar imbal hasil tinggi global mengalami penurunan sebesar US$ 473 juta.

Reksadana pasar uang global mengalami arus keluar sebesar US$ 3 miliar, menyusul arus masuk sebesar US$ 105 miliar di minggu sebelumnya.

Di pasar komoditas, para investor menjual reksadana logam mulia senilai US$ 524 juta, berbalik dari pembelian bersih sebesar US$ 691 juta pada minggu sebelumnya. Di sisi lain, reksadana energi mengalami arus keluar bersih sebesar US$ 76 juta.

Berdasarkan data dari 29.583 reksa dana pasar negara berkembang (emerging market/EM) menunjukkan penurunan pembelian reksa dana obligasi EM, dengan investor hanya membeli US$ 597 juta dibandingkan dengan US$ 1,67 miliar pada minggu sebelumnya.

Selain itu, mereka menjual US$ 1,7 miliar reksa dana ekuitas negara berkembang selama minggu yang berakhir 10 April, jumlah terbesar dalam lima minggu.

[Gambas:Video CNBC]



Artikel Selanjutnya


Video: Tips Menangkap Peluang Investasi dengan Bijak

(fsd/fsd)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts