Investor Kembali Khawatir Resesi, Wall Street Dibuka Ambles

Jakarta, CNBC Indonesia – Bursa saham Amerika Serikat (AS), Wall Street dibuka ambles pada perdagangan Kamis (15/12/2022), setelah penjualan ritel periode November 2022 turun lebih dari yang diperkirakan, meningkatkan kekhawatiran bahwa kenaikan suku bunga bank sentral AS yang tanpa henti membuat ekonomi mengalami resesi.

Read More

Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) dibuka merosot 0,96% ke posisi 33.640,98, S&P 500 ambles 1,12% ke 3.950,62, dan Nasdaq Composite ambrol 1,36% menjadi 11.019,29.

Investor mencerna rilis data penjualan ritel pada bulan lalu yang mengecewakan, di mana inflasi yang masih tinggi terus membebani konsumen.

Departemen Perdagangan AS melaporkan penjualan ritel pada bulan lalu turun menjadi 0,6%, dari sebelumnya sebesar 1,3% pada Oktober lalu. Angka ini juga lebih rendah dari ekspektasi pasar dalam polling Dow Jones yang memperkirakan penurunan sebesar 0,3%.

Di lain sisi, klaim pengangguran mingguan untuk pekan yang berakhir 11 Desember kembali turun menjadi 211.000, atau turun 20.000 dari pekan sebelumnya menurut Departemen Tenaga Kerja.

Pasar masih mencerna komentar terbaru Ketua bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed), Jerome Powell, di mana dia mengatakan akan melanjutkan kenaikan tarif hingga 2023 dan memproyeksikan tingkat terminal yang lebih tinggi dari perkiraan sebesar 5,1%.

Dengan kenaikan setengah poin persentase kemarin, kisaran yang ditargetkan untuk suku bunga saat ini adalah 4,25% hingga 4,5%, yang merupakan yang tertinggi dalam 15 tahun terakhir.

Meskipun ada peningkatan yang menguntungkan seperti pertumbuhan, pengeluaran, dan produksi yang moderat, tetapi Powell masih khawatir bahwa data pekerjaan yang masih terlalu kuat dan tingkat pengangguran yang masih cukup baik membuat The Fed dihadapkan oleh kondisi yang membingungkan.

“Orang-orang menganggap pendapatan akan turun, tetapi besarnya penurunan itu dan seberapa cepat itu akan terjadi, kami pikir di situlah kejutannya,” kata Mike Wilson dari Morgan Stanley, dikutip dari CNBC International.

Wilson memprediksi adanya penurunan 11% dalam pertumbuhan tahunan untuk perusahaan di S&P 500 pada tahun depan. Sementara target akhir tahunnya untuk indeks S&P 500 adalah 3.900, dan dia memperkirakan S&P 500 akan kembali turun menjadi antara 3.000 dan 3.300 pada kuartal I-2023.

Sementara itu dari pasar obligasi pemerintah AS (US Treasury), imbal hasil (yield) untuk tenor 10 tahun kembali turun ke bawah 3,5%, tepatnya berada di 3,464%.

Di lain sisi, saham Tesla terkoreksi 0,29% di awal perdagangan hari ini, setelah CEO Tesla, Elon Musk dilaporkan menjual saham Tesla senilai US$ 3,6 miliar atau sekitar Rp 55 triliun.

TIM RISET CNBC INDONESIA

[Gambas:Video CNBC]


Artikel Selanjutnya


Powell oh Powell, Dow Jones Dibikin Ambrol 1.000 Poin!

(chd/chd)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts