Investor Was-was Ekonomi China Memburuk, Minyak Dunia Lesu

Jakarta, CNBC Indonesia – Harga minyak mentah dunia menguat 1% lebih pada perdagangan hari terakhir pekan ini. Sayangnya belum mampu mendongkrak kinerja mingguan yang berakhir di zona merah.

Read More

Pada perdagangan Jumat (18/8/2023), minyak WTI di tutup melonjak 1,07% ke posisi US$81,25 per barel, begitu juga dengan minyak brent melesat 0,81% ke posisi US$84,80 per barel.

Meskipun ada gairah di akhir pekan, secara mingguan harga kedua acuan minyak mentah global tersebut anjlok 2,3%.

Harga minyak terdorong setelah data industri menunjukkan bahwa jumlah rig minyak dan gas alam AS, indikator awal produksi masa depan, turun untuk minggu keenam berturut-turut. Kemerosotan dalam produksi AS dapat memperburuk keketatan pasokan yang diantisipasi selama sisa tahun ini.

Kekhawatiran itu, didorong oleh penurunan produksi dari Organisasi Negara Pengekspor Minyak dan sekutunya, membantu kenaikan harga minyak selama tujuh minggu berturut-turut sejak Juni. Minyak mentah Brent naik sekitar 18% dan WTI naik 20% selama tujuh minggu yang berakhir 11 Agustus.

Namun minggu ini, harga minyak turun sekitar 2% dari minggu lalu, karena krisis properti yang memburuk di China menambah kekhawatiran tentang pemulihan ekonomi negara yang lamban dan mengurangi minat investor terhadap risiko di seluruh pasar.

“Kekhawatiran bagi investor tetap terfokus pada ketegangan antara pertumbuhan global yang melambat dan pasokan global yang masih ketat,” kata Rob Haworth, Manajer Portofolio Senior di US Bank Asset Management.

“Harga kemungkinan akan tetap terikat kisaran untuk saat ini,” kata Haworth, menambahkan bahwa permintaan dipertanyakan karena investor khawatir dengan lemahnya data dari China.

Kekhawatiran juga memuncak bahwa Federal Reserve AS belum selesai menaikkan suku bunga untuk mengatasi inflasi. Biaya pinjaman yang lebih tinggi dapat menghambat pertumbuhan ekonomi dan pada gilirannya mengurangi permintaan minyak secara keseluruhan.

Benchmark minyak semakin tertekan oleh pelemahan permintaan musiman menjelang musim gugur, kata Jay Hatfield, CEO Manajemen Modal Infrastruktur.

Hatfield memperkirakan permintaan akan bertahan di China meskipun ekonominya melambat dan memperkirakan harga minyak akan diperdagangkan antara $75 hingga $90 per barel selama beberapa bulan mendatang.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

[Gambas:Video CNBC]



Artikel Selanjutnya


Awan Mendung Masih Menyelimuti Minyak, Hari Ini Turun 1%


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts