Jelang Rilis Data Inflasi AS, Yield SBN Lanjut Melandai

Jakarta, CNBC Indonesia – Harga obligasi pemerintah atau Surat Berharga Negara (SBN) kembali ditutup menguat pada perdagangan Kamis (12/1/2023), jelang rilis data inflasi di Amerika Serikat (AS) pada malam hari ini waktu setempat.

Read More

Investor hingga hari ini masih memburu SBN, ditandai dengan turunnya imbal hasil (yield) di seluruh tenor SBN acuan.

Melansir data dari Refinitiv, SBN tenor 15 tahun menjadi yang paling besar penurunan yield-nya pada hari ini, yakni sebesar 8,6 basis poin (bp) ke posisi 6,905%.

Sementara untuk yield SBN berjatuh tempo 10 tahun yang merupakan SBN acuan negara juga turun 7,9 bp menjadi 6,729%.

Yield berlawanan arah dari harga, sehingga turunnya yield menunjukkan harga obligasi yang sedang menguat, demikian juga sebaliknya. Satuan penghitungan basis poin setara dengan 1/100 dari 1%.

Hingga hari ini, investor masih memburu pasar obligasi pemerintah RI. Tak hanya investor lokal saja, bahkan investor asing juga tercatat terus memburu SBN.

Berdasarkan data dari Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan, dari 2 Januari 2023 hingga 11 Januari 2023, tercatat inflow asing di SBN mencapai Rp 13,1 triliun.

Hal ini berbanding terbalik di pasar saham dalam negeri yang hingga hari ini masih mencatatkan outflow atau net sell hingga mencapai Rp 462,41 miliar di seluruh pasar.

Pada hari ini, investor menanti rilis data inflasi berdasarkan Indeks Harga Konsumen (IHK) AS periode Desember 2022, yang akan dirilis Departemen Tenaga Kerja malam ini waktu Indonesia.

Konsensus Trading Economics memperkirakan tingkat inflasi melandai menjadi 6,5% secara tahunan (yoy), turun dari 7,1% sebulan sebelumnya.

Data inflasi terbaru ini akan menjadi faktor penting dalam pertemuan bank sentral AS (Federal Reserve/The fed berikutnya), yang dimulai pada 31 Januari

Federal-funds futures, yang digunakan oleh investor dan pedagang sebagai barometer potensi kenaikan suku bunga acuan menunjukkan peluang 77% bahwa bank sentral akan menaikkan suku bunga sebesar 25 bps, menurut CME Group.

Jika sesuai ekspektasi, kenaikan tersebut akan menjadi pelambatan dari kenaikan 50 basis poin pada bulan lalu dan menandai kenaikan suku bunga terkecil sejak Maret 2022.

Pejabat bank sentral AS sejauh ini telah mengindikasikan bahwa mereka belum selesai dengan kenaikan suku bunga. Ketua The Fed, Jerome Powell pada Selasa lalu mengatakan bahwa bank sentral tetap berkomitmen untuk menurunkan inflasi dengan menahan pertumbuhan ekonomi.

Alhasil, yield obligasi pemerintah AS (US Treasury) acuan tenor 10 tahun kembali menurun, yakni sebesar 2,8 bp menjadi 3,528% pada perdagangan pagi hari ini waktu AS.

TIM RISET CNBC INDONESIA

[Gambas:Video CNBC]


Artikel Selanjutnya


Sikap Investor di SBN Beragam, Yield Juga Bergerak Mixed

(chd/chd)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts