Kian Rapuh Pasca Skandal, Adani Batal Akuisisi PLTU Rp 13 T

Jakarta, CNBC Indonesia – Perusahaan milik taipan India Gautam Adani memutuskan untuk menghentikan akuisisi pembangkit listrik berbahan bakar batu bara (PLTU) di India senilai US$ 847 juta atau setara dengan Rp 12,71 triliun (asumsi kurs Rp 15.000/US$). Aksi tersebut merupakan respons tidak langsung dan tanda bahwa kerajaan bisnis miliarder itu mulai memperlambat pengeluaran menyusul serangan perusahaan investasi dengan strategi short seller asal New York, Hindenburg Research.

Read More

Grup Adani, yang didalamnya termasuk produsen listrik termal swasta terbesar India, telah diguncang oleh lenyapnya kapitalisasi pasar lebih dari US$ 100 miliar setelah dituduh melakukan manipulasi saham dan penipuan keuangan lain.

Adani membantah keras tuduhan tersebut dan bersikeras bahwa tumpukan utang konglomerat bisnis tersebut masih dapat dikelola. Meski demikian hingga saat ini imbal hasil (yield) obligasinya melonjak dan saham perusahaan yang terdaftar anjlok yang berarti investor melepas kepemilikannya di Grup Adani. Saham utama raksasa bisnis tersebut, Adani Enterprises, sempat ambles 75% dari posisi tertinggi di bulan Desember.

Dianggap luas sebagai salah satu sekutu utama perdana menteri India Narendra Modi, Adani menampilkan citra dirinya sebagai arsitek jaringan logistik dan pembangkit listrik yang menjadi tulang punggung pertumbuhan ekonomi India.

Tetapi tuduhan terbaru membuat pria berusia 60 tahun tersebut melakukan perubahan strategi. Gurita bisnis Adani dibangun di atas fondasi utang jumbo untuk memperluas dan mempercepat ekspansi. Perusahaan meningkatkan pendapatan dengan membeli atau membangun proyek baru mulai dari tenaga surya hingga bandara.

Sebelumnya pada bulan Agustus, Adani Power telah setuju untuk membeli DB Power, sebuah perusahaan yang memiliki dan mengoperasikan PLTU batu bara yang menguntungkan di negara bagian Chhattisgarh, India, dan perusahaan induknya Diliigent Power Private.

Kesepakatan pembayaran tunai senilai US$ 847 juta yang disetujui oleh regulator India pada bulan September, memiliki tenggat waktu penyelesaian pada akhir Oktober, yang kemudian diperpanjang empat kali oleh perusahaan.

Namun pada hari Rabu atau sesuai tenggat batas waktu penyelesaian terakhir, Adani Power mengatakan tidak lagi memperpanjang batas waktu kesepakatan.

“Tenggat waktu penyelesaian berdasarkan nota kesepahaman tertanggal 18 Agustus 2022, telah berakhir,” kata perusahaan itu dalam pengajuan kepada komisi bursa setempat, melansir Finansial Times.

Dalam pengumuman pendapatan kuartalan minggu lalu, beberapa perusahaan portofolio Adani mengatakan mereka akan mengurangi belanja modal untuk tahun keuangan selanjutnya yang baru akan mulai bulan April.

“Kami tidak akan membuat komitmen baru sampai kami menyelesaikan periode volatilitas ini,” kata kepala keuangan Adani Group Jugeshinder Singh pada pertemuan analis setelah rilis laporan pendapatan kuartalan Adani Enterprises pada hari Selasa.

Singh bersikeras bahwa proyek-proyek saat ini akan selesai sesuai jadwal, dan menawarkan kepada para analis dan investor untuk memeriksa kemajuannya di bandara baru dekat Mumbai, pusat keuangan India.

TIM RISET CNBC INDONESIA

[Gambas:Video CNBC]


Artikel Selanjutnya


Gak Mau Kayak Adani, Ini Cara Bursa RI Deteksi Saham Gorengan

(fsd/fsd)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts