Kripto Syariah Mulai ‘Jajah’ Dunia, Ini Deretan Produknya

Jakarta, CNBC Indonesia – Pasar keuangan syariah saat ini lebih dari dari US$2,4 triliun dengan pertumbuhan sebesar 10-12% per tahun. Keuangan syariah juga memfasilitasi transaksi hampir 2 miliar umat Muslim di seluruh dunia.

Read More

Dengan munculnya Web3 yang mendorong evolusi dalam lanskap keuangan yang lebih luas, keuangan Islam pada akhirnya perlu merangkul teknologi blockchain dan aset kripto. Namun, transisi ini tidak dapat dicapai hanya dengan pertumbuhan sektor ini saja. Prasyarat lainnya dibutuhkan untuk mempertahankan standar etika yang tinggi yang melekat pada keuangan Islam.

Standar-standar ini mencakup berbagai aktivitas, mulai dari hakikat uang itu sendiri hingga praktik keuangan sehari-hari. Komunitas Muslim yang religius membutuhkan lebih dari sekadar sistem pembayaran, mereka membutuhkan solusi gaya hidup yang holistik.

Isybel Harto, founder Aliansi Media Crypto Indonesia (AMCI), menyampaikan bahwa pada Maret 2023, Bank Sentral UEA mengumumkan rencana terkait Central Bank Digital Currency (CBDC), untuk mempercepat transformasi digital sektor jasa keuangan negara tersebut. Virtual Assets Regulatory Authority (VARA) Dubai menjadi magnet bagi perusahaan kripto global dan berdiri sebagai jembatan antara inisiatif digital Islam dan kripto.

Indonesia, menurutnya, sebagai negara dengan populasi Muslim terbesar (rumah bagi 13% Muslim dunia) dan ekonomi terbesar di Asia Tenggara, telah menasionalisasi bursa kripto di bawah PT Bursa Komoditi Nusantara atau Commodity Futures Exchange (CFX).

Secara global, lima dari 20 negara teratas dalam pembaruan terbaru Crypto Adoption Index adalah negara-negara mayoritas Muslim, di mana Turki, Nigeria, Indonesia, Pakistan, dan Maroko memimpin kelompok tersebut.

“Di tengah lonjakan minat ini, kami melihat munculnya banyak solusi kripto yang berorientasi pada masyarakat Muslim. Beberapa pelopor di bidang ini termasuk Blossom Finance di Indonesia yang menawarkan model ‘sukuk’ (obligasi) blockchain untuk pembiayaan mikro untuk rakyat kecil, dan Finterra di Malaysia dengan platform wakaf untuk kesejahteraan sosial dan pengentasan kemiskinan,” kata Harto, Kamis (28/9/2023).

Baru-baru ini, protokol DeFi bersertifikat Syariah muncul di Singapura yang disebut ZaynFi. Ini menyusul MRHB (or Marhaba) di Australia, sebuah ekosistem DeFi halal yang menawarkan staking kripto, liquidity farming, penerbitan NFT, dan pasar DEX.

Isybel Harto menjelaskan, proyek lain dalam jajaran ini adalah Islamic Coin yang mengedepankan etika, yang bertujuan untuk mendamaikan keuangan Islam tradisional dan teknologi Web3. Proyek ini telah mengumpulkan lebih dari $400 juta dari investor swasta, tidak termasuk penjualan token publik yang sedang berlangsung. Beberapa yang mendukung proyek ini termasuk Alpha Blue Ocean’s ABO Digital, DF101, Futurecraft Ventures, Optic Capital, A195 Capital, dan HNWI.

Menurutnya, Islamic Coin mendapatkan perhatian global karena pendekatan holistik terhadap transisi digital etika keuangan Islam. Landasan dari pendekatan ini adalah penciptaan blockchain HAQQ, sebuah jaringan proof-of-stake Layer1 yang kompatibel dengan ekosistem yang sudah ada seperti Ethereum dan Cosmos.

“Untuk memenuhi pendekatan ekosistem ini, berbagai aplikasi terdesentralisasi (dApps) akan dibangun di atasnya. DApps ini akan memenuhi kebutuhan sehari-hari komunitas Muslim,” katanya.

Haqq Wallet, dompet digital untuk mengelola Islamic Coin dan produk lainnya, telah mengumpulkan lebih dari 1,5 juta unduhan. Islamic Coin, aset kripto asli blockchain HAQQ, melalui token untuk digunakan dalam transaksi yang lebih umum. HAQQPAD, landasan peluncuran untuk proyek-proyek blockchain etis dalam ekosistem. Sharia Oracle, registri on-chain untuk sertifikat halal yang menyediakan cara bagi para pengembang smart contract dan bisnis WEB2 untuk membuktikan relevansi etis mereka.

“Ada lebih banyak produk yang direncanakan untuk dirilis dalam jangka pendek, seperti pasar aplikasi di HAQQ Wallet, kartu untuk pembayaran ritel, dan solusi stablecoin. Sebagai contoh, Islamic Coin secara aktif berkolaborasi dengan pemerintah UEA, menjajaki peluang di bidang imigrasi, kesehatan, medis, dan perjalanan.”

Islamic Coin juga meluncurkan kemajuan ke arah B2B. Proyek ini mendapatkan aliansi dengan DDCAP Group yang berbasis di London, membuka jalur ke lebih dari 300 bank global. Di antara pendorong utama kemitraan ini adalah kemungkinan terciptanya alternatif yang sesuai dengan Syariah Web3 untuk SWIFT.

Dia menilai Islamic Coin lebih dari sekadar fintech karena komitmennya untuk melestarikan nilai-nilai etika. Proyek ini telah membentuk program hibah dan investasi senilai $40 juta untuk dApps yang bermanfaat bagi komunitas Islam yang lebih luas.

Sementara Sharia Oracle, sebuah entitas dua tingkat yang didedikasikan untuk memasukkan dApps ke dalam daftar putih dan smart contract di Blockchain HAQQ milik Islamic Coin. Sharia Oracle akan memastikan keamanan pengguna dengan melakukan audit teknis untuk aplikasi onboarding dan mencegah pelanggan dari investasi haram yang tidak disengaja melalui sertifikat halal digital.

Pada akhirnya, daya tarik ekosistem seperti ini melampaui komunitas Muslim, memberikan sudut pandang baru dalam investasi ESG, keuangan beretika, dan pendekatan yang lebih berkelanjutan terhadap keuangan. Pembentukan ekosistem yang sesuai dengan Syariah merupakan lompatan monumental menuju lanskap keuangan di mana prinsip-prinsip etika dan teknologi mutakhir dapat hidup berdampingan.

[Gambas:Video CNBC]


Artikel Selanjutnya


Heboh Binance, Muncul Kripto Halal Pertama di Dunia

(Mentari Puspadini/ayh)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts