Kuatkah Cadev RI Topang Penguatan Rupiah Hari Ini?

Jakarta, CNBC Indonesia – Pada akhir pekan pertama Oktober ini terpantau sangat sibuk, banyak data ekonomi baik dari global dan nasional yang akan rilis dan bakal sangat mempengaruhi fluktuasi rupiah.

Pergerakan rupiah terhadap mata uang dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Kamis (5/10/2023) ditutup menguat tipis 0,10℅ ke posisi Rp15.610/US$, menurut data dari Refinitiv.

Read More

Posisi tersebut berhasil memutuskan tren pelemahan rupiah yang terjadi selama tiga hari beruntun akan tetapi nilainya masih bertahan di atas level psikologis Rp15.600.

Penguatan yang terjadi kemarin, Kamis (t/10/2023) sejalan dengan penurunan indeks dolar AS (DXY) sebesar 0,03℅ secara harian ke posisi 106,76.

Sementara indeks dolar AS (DXY) pada Kamis (5/10/2023) berada di posisi 106,76 atau turun 0,03% jika dibandingkan penutupan perdagangan Rabu (4/10/2023) yang berada di posisi 106,80.

Tak hanya itu, pembalikan arah menguat terjadi karena akan ada sejumlah data ekonomi domestik yang rilis dan diharapkan bisa menjadi penopang rupiah.

Data cadangan devisa (cadev) Indonesia untuk periode September 2023 bakal diumumkan Bank Indonesia (BI) hari ini, Jumat (5/10/2023).

Diketahui posisi cadev Indonesia pada akhir Agustus 2023 ada di posisi US$ 137,1 miliar, menurun dibandingkan dengan posisi pada akhir Juli 2023 sebesar US$ 137,7 miliar. Penurunan posisi cadangan devisa tersebut dipengaruhi pembayaran utang luar negeri pemerintah dan kebutuhan untuk stabilisasi nilai tukar rupiah sejalan dengan meningkatnya ketidakpastian pasar keuangan global.

Cadev terkuras dengan cepat sejak rupiah melemah memasuki kuartal II-2023. Cadev RI turun dari US$ 145,2 pada Maret menjadi US$ 137,1 miliar pada Agustus 2203 atau turun US$ 8,1 miliar dalam lima bulan terakhir. Derasnya pengeluaran cadev terjadi saat rupiah mengalami tekanan hebat pada Juni-Agustus 2023.

Pada September lalu gerak rupiah juga sangat volatil, bahkan sempat mencatat penurunan paling parah selama sembilan bulan. Oleh karena itu cadev diproyeksi bisa berkurang lagi lantaran digunakan sebagai bantalan stabilisasi mata uang Garuda.

Optimisme BI terhadap penguatan rupiah akan kembali sejalan dengan ekonomi Indonesia yang resilient. Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Destry Damayanti mengungkapkan bahwa sebetulnya tidak ada masalah yang bisa mempengaruhi sentimen pelaku pasar keuangan hingga membuat rupiah terus tertekan. Ia mengatakan, ini tercermin dari pertumbuhan ekonomi Indonesia yang masih akan bisa terus terjaga di level 5% setelah kuartal II-2023 tumbuh 5,17%.

“Ini kondisi global, yang sebenernya kita everything’s okay di domestik, relative aman, kita masih bisa tumbuh 5,17% di kuartal II, kita masih expect ekonomi tumbuh whole year 2023 kita perkirakan dalam range 4,7-5,3 %, nampaknya deket deket 5 persen masih bisa dicapai,” ujar Destry.

Bisa dibilang domestik cukup resilient tetapi dari global terpantau masih ada beberapa hal yang potensi jadi penghalang laju rupiah.

Hari ini ada sejumlah data pasar tenaga kerja yang akan diumumkan AS. Sebelumnya pada kemarin, negeri paman Sam tersebut mengumumkan data mengenai klaim awal tunjangan pengangguran. Pengajuan awal tunjangan pengangguran mencapai 207.000 pada pekan yang berakhir 30 September, naik hanya 2.000 dari periode sebelumnya, tetapi masih bawah perkiraan konsensus Dow Jones sebesar 210.000.

Dua data tenaga kerja penting lainnya akan dirilis pada hari ini yakni tingkat pengangguran dan non-farm payrolls untuk September 2023.

Tingkat pengangguran AS mencapai 3,8% pada Agustus 2023. Pelaku pasar memperkirakan pengangguran akan tetap berada di angka 3,8% pada September tahun ini. Sementara itu, penciptaan lapangan kerja non-farm payrolls diharapkan hanya naik 150.000 pada September 2023, dari 170.000 pada Agustus.

Tingkat pengangguran dan non-farm payrolls merupakan data yang menjadi pertimbangan The Fed dalam menentukan suku bunga.

Jika kedua data tersebut menunjukkan pasar tenaga kerja AS masih panas maka The Fed diperkirakan masih akan hawkish. Pasalnya, inflasi akan sulit melandai bila pasar tenaga kerja AS masih kencang. Apabila ini terjadi bisa berdampak pada keperkasaan dolar AS yang berlanjut, imbasnya rupiah bisa tertekan karena ada capital outflow.

Teknikal Rupiah

Secara teknikal dalam basis waktu per jam, pergerakan nilai tukar rupiah dalam melawan dolar AS mulai ada penguatan tipis ditandai dengan keberhasilan menembus ke bawah garis rata-rata selama 20 jam atau moving average 20 (MA20), dengan begitu posisi support selanjutnya potensi menguji level psikologis terdekat di Rp15.600/US$, jika posisi ini tertembus ke bawah, peluang menguat dalam jangka pendek bisa lanjut ke support yang bertepatan dengan garis MA50 atau di posisi Rp15.585/US$. 

Kendati demikian, sempat ada gap down yang terjadi pada perdagangan kemarin, Kamis (5/10/2023) yang juga potensi bisa diuji apabila masih terjadi pelemahan. Posisi gap down di Rp15.625/US$ menjadi target pelemahan terdekat yang masih perlu dicermati oleh pelaku pasar. 




Foto: Tradingview
Pergerakan rupiah melawan dolar AS

CNBC INDONESIA RESEARCH
[email protected] 

Sanggahan : Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investor terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.

[Gambas:Video CNBC]



Artikel Selanjutnya


Breaking News: Rupiah Anjlok & Tembus Level Rp 15.000/USD

(tsn/tsn)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts