Libas Semua Dolar, Rupiah Terbaik di Asia Lagi!

Jakarta, CNBC Indonesia – Rupiah kembali menguat tajam melawan dolar Amerika Serikat (AS) hingga pertengahan perdagangan Jumat (13/1/2022). Tidak hanya dolar AS, Singapura dan Singapura juga turut dilibas.

Read More

Pada pukul 12:45 WIB, rupiah tercatat menguat 1,02% melawan dolar AS ke Rp 15.180/US$. Rupiah bahkan sempat menyentuh Rp 15.130/US$, level terkuat sejak 27 September. Pada saat yang sama, rupiah juga menguat 1,1% melawan dolar Singapura ke Rp 11.459/SG$. Dengan demikian, rupiah semakin menjauhi rekor terlemah sepanjang sejarah melawan dolar Singapura di Rp 11.730/SG$ yang dicapai pada 9 Januari lalu.

Berhadapan dengan dolar Australia, rupiah mampu menguat 1,26% ke Rp 10.551/AU$.

Dengan penguatan lebih dari 1% tersebut, khususnya melawan dolar AS, rupiah kembali menjadi yang terbaik di Asia.


Sebelumnya hari ini rupiah sudah menguat cukup tajam dalam dua hari beruntun mendapat sentimen positif dari dalam negeri. Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang akhirnya merevisi Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 1 Tahun 2019 tentang Devisa Hasil Ekspor (DHE).

Dalam revisi ini, beberapa sektor baru masuk ke dalam daftar yang harus menempatkan DHE kepada regulator.

Hal ini disampaikan oleh Menko Perekonomian Airlangga Hartarto sesuai arahan Presiden Jokowi dalam rapat kabinet terbatas di Istana Kepresidenan, Rabu (11/1/2023).

“Tadi juga arahan pak Presiden, ekspor yang selama ini positif itu perlu diikuti dengan peningkatan cadangan devisa, untuk itu pak Presiden meminta PP 1 Tahun 2019 DHE itu untuk diperbaiki,” ungkapnya.

Dengan DHE bisa ditahan lama di dalam negeri, pasokan dolar AS tentunya akan kembali bertambah, rupiah tentu bisa menguat.

Mata Uang Garuda semakin bertenaga setelah indeks dolar AS jeblok 0,91% ke 102,24 pada perdagangan Kamis yang merupakan level terendah sejak Juni 2022.

Indeks dolar AS terjadi pasca rilis data inflasi berdasarkan consumer price index (CPI) di AS pada Desember 2022 yang tumbuh 6,5% year-on-year (yoy), jauh lebih rendah dari sebelumnya 7,1%. CPI tersebut juga menjadi yang terendah sejak Oktober 2021.

CPI inti yang tidak memasukkan sektor energi dan makanan dalam perhitungan juga turun menjadi 5,7% dari sebelumnya 6%, dan berada di level terendah sejak Desember 2021.

Rilis tersebut membuat pelaku pasar semakin yakin The Fed akan mengendurkan laju kenaikan suku bunganya dan bisa dipangkas lagi pada akhir 2023.

Berdasarkan perangkat FedWatch milik CME Group pasar melihat The Fed akan menaikkan suku bunga masing-masing 25 basis poin pada Februari dan Maret dengan probabilitas sebesar 94% dan 76%. Dengan proyeksi tersebut, puncak suku bunga The Fed berada di 4,75% – 5%.

Selain itu, perangkat yang sama menunjukkan The Fed diperkirakan akan memangkas suku bunganya sebesar 25 basis poin pada September dengan probabilitas sebesar 34%, begitu juga sebulan setelahnya. Sehingga di akhir tahun pasar melihat suku bunga The Fed berada di 4,25% – 4,5%.

Alhasil, kekuatan dolar AS pun runtuh, rupiah kini menuju penguatan tajam dalam 3 hari beruntun.

TIM RISET CNBC INDONESIA 

[Gambas:Video CNBC]


Artikel Selanjutnya


Rupiah Awas! Indeks Dolar AS Meroket ke Level Tinggi 20 Tahun

(pap/pap)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts