Lingkaran Setan Ini Bikin Dapen Pilih Aset Berisiko Tinggi

Jakarta, CNBC Indonesia – Salah satu permasalahan utama dalam kasus dapen sakit-sakitan adalah pemilihan investasi yang tidak tepat, salah satunya adalah aset berisiko tinggi.

Read More

Hal ini terbukti dari sejumlah dana pensiun yang tersangkut di saham ‘gorengan’ yang semula sempat membuat neraca dapen terlihat sehat. Namun karena kenaikan artifisial, saham-saham tersebut pada akhirnya ambruk, tidak likuid, disuspensi bahkan ada yang nyaris ditendang bursa.

Sejumlah dana pensiun dikabarkan mengalami penurunan nilai investasi signifikan di saham-saham ‘gorengan’ ini, bahkan masih banyak yang tidak bisa merealisasi kerugian dan mengambil sisa dana yang ada karena portofolio sahamnya sudah tidak likuid atau disuspensi oleh otoritas bursa.

Selain itu, sejumlah pemilihan jenis aset investasi juga menjadi pertanyaan mulai dari aset bangunan yang nilainya terus terdepresiasi atau kepemilikan obligasi perusahaan yang tidak memiliki rating terbaik.

Usut punya usut, pemilihan aset berisiko tidak serta merta karena adanya tindak korupsi – meskipun tidak tertutup kemungkinan – namun juga dikarenakan kondisi internal yang memaksa perusahaan menempatkan dana di aset berisiko tersebut.

Hal ini terjadi karena tingginya bunga akturia akibat tertekannya dana kelolaan, sedangkan di saat bersamaan harus memenuhi kebutuhan manfaat bagi para pensiunan.

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengungkapkan tertekannya dana kelolaan dapat terjadi karena pendiri yang merupakan perusahaan pemberi kerja masih menunggak iuran yang menjadi porsi mereka.

“Sudah bertahun-tahun beberapa perusahaan dalam keadaan tidak baik, bayar dulu deh [iuran] pendiri. Kalau unfunded pendiri wajib top up,” ungkap Kepala Eksekutif Pengawas Perasuransian, Penjaminan, dan Dana Pensiun OJK Ogi Prastomiyono dalam konferensi pers Selasa (10/10) di Menteng.

Selain itu, adanya pensiunan yang memilih opsi untuk mencairkan langsung manfaat pensiun di muka – hal ini dapat dilakukan namun dikenakan penalti – ikut menjadi masalah utama berkurangnya aset kelolaan yang dimiliki perusahaan.

Perkembangan dana investasi gak naik terus karena orang langsung mencairkan. Kalau ada syarat retain 5 tahun itu kan [dana investasi] akan naik, terang Ogi.

Dengan aset kelolaan yang tertekan banyak pengelola dapen yang memilih aset berisiko demi mengisi gap yang terbentuk. Hal ini karena investasi di produk aman seperti Surat Berharga Negara (SBN) tidak mampu menutupi bunga aktuaria yang semakin tinggi dan pengelola mau tidak mau harus memilih aset lain dengan high risk yang disaat bersamaan diharapkan mampu menawarkan potensi pengembalian tinggi juga (high return).

Selanjutnya OJK juga menerangkan salah satu pemberat lainnya lingkaran setan dalam pengelolaan dapen yakni karena banyak yang dikelola oleh pensiunan dengan latar belakang keuangan dan investasi minim, maka pemilihan kelas aset dan instrumen investasi juga pada akhirnya ikut membebani kinerja.

[Gambas:Video CNBC]


Artikel Selanjutnya


Tik…Tak…Tik…Tak Bom Waktu Dapen BUMN Berbunyi Nyaring

(fsd/fsd)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts