Minyak Gagal Rebound Usai Isu Geopolitik Mereda


Read More

Jakarta, CNBC Indonesia – Harga minyak kompak bergerak lebih tinggi pada awal perdagangan pagi hari ini, setelah penurunan tajam sepekan kemarin seiring dengan penguatan tenaga kerja Amerika Serikat (AS) dan meredanya ketegangan di Timur Tengah.

Pada pembukaan perdagangan hari ini Senin (5/2/2024), harga minyak mentah WTI dibuka menguat 0,65% di posisi US$72,75 per barel, begitu juga dengan minyak mentah brent dibuka lebih tinggi atau naik 0,74% di posisi US$77,9.


Pada perdagangan Jumat (2/2/2024), harga minyak mentah WTI ditutup anjlok 2,09% di posisi US$72,28 per barel, begitu juga dengan harga minyak mentah brent terperosok 1,74% ke posisi US$77,33 per barel.

Adpaun harga minyak turun sekitar 2% pada perdagangan Jumat dan membukukan kerugian mingguan setelah data pekerjaan AS memperkecil kemungkinan penurunan suku bunga di negara dengan perekonomian terbesar di dunia tersebut, yang dapat mengurangi permintaan minyak mentah.

Melemahnya pertumbuhan ekonomi China dan kemungkinan meredanya ketegangan di Timur Tengah juga menurunkan harga minyak.

Dalam sepekan kemarin harga minyak mentah WTI maupun brent mencatatkan penurunan sekitar 7%.

Tingkat suku bunga yang tinggi, cenderung menghambat pertumbuhan ekonomi dan permintaan minyak, di negara-negara besar seperti Amerika Serikat dan zona euro tampaknya akan bertahan dalam jangka pendek.

Data pada hari Jumat menunjukkan pengusaha AS menambah lebih banyak lapangan pekerjaan pada bulan Januari dibandingkan perkiraan, sehingga mengurangi kemungkinan penurunan suku bunga oleh The Federal Reserve (The Fed) dalam jangka pendek. Akibatnya, dolar melonjak terhadap semua mata uang utama.

Pengusaha di AS menambahkan 353.000 pekerjaan pada bulan Januari, mengalahkan perkiraan ekonom sebanyak 180.000. Perekonomian yang tangguh dan produktivitas pekerja yang kuat mendorong dunia usaha untuk merekrut dan mempertahankan lebih banyak karyawan, sebuah tren yang dapat melindungi perekonomian dari resesi tahun ini.

Adapun, indeks dolar melesat 0,85% di level 103,92 pada perdagangan Jumat (2/2/2024) membuat emas batangan lebih mahal bagi pembeli luar negeri. Begitu juga dengan imbal hasil obligasi acuan AS 10 tahun melonjak tajam 4,35% di level 4,03%.

Hal lain yang juga menyebabkan harga minyak tetap rendah adalah pemadaman listrik di kilang minyak BP yang berkapasitas 435.000 barel per hari di Whiting, Indiana, menyusul pemadaman listrik yang mengganggu operasi pada hari Kamis, ujar Bob Yawger dari Mizuho, kepada Reuters.

Sementara itu, listrik di kilang telah pulih pada tengah hari pada hari Jumat, namun sumber mengatakan BP belum menetapkan tanggal untuk memulai kembali pabrik tersebut.

Terpisah, perusahaan jasa energi Baker Hughes (BKR.O) mengatakan jumlah rig minyak AS, yang merupakan indikator awal pasokan di masa depan, tetap stabil di 499 pada sepekan kemarin.

Manajer keuangan menaikkan posisi gabungan minyak berjangka dan opsi di New York dan London sebanyak 18.082 kontrak menjadi 117.226 kontrak dalam sepekan hingga 30 Januari, menurut Komisi Perdagangan Berjangka Komoditas AS.

Kemudian, di seberang Atlantik, pembuat kebijakan Bank Sentral Eropa juga menyatakan masih terlalu dini untuk menurunkan suku bunga di zona euro.

Kekhawatiran terhadap pemulihan ekonomi China masih terus berlanjut, dan Dana Moneter Internasional (IMF) memperkirakan pertumbuhan ekonomi China akan melambat menjadi 4,6% pada tahun 2024 dan terus menurun dalam jangka menengah menjadi sekitar 3,5% pada tahun 2028.

Penurunan harga minyak dalam sepekan kemarin juga didorong dari laporan gencatan senjata antara Israel dan Hamas yang tidak berdasar.

Para mediator sedang menunggu tanggapan dari Hamas terhadap proposal yang disusun pekan lalu dengan kepala mata-mata Israel dan AS dan disahkan oleh Mesir dan Qatar untuk perpanjangan gencatan senjata pertama dalam perang tersebut.

Penghentian sementara ini dapat mengurangi risiko politik yang membayangi jalur pelayaran Teluk dan Laut Merah, yang merupakan kunci bagi aliran energi global.

Pada hari Kamis, sumber mengatakan Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan sekutunya yang dipimpin oleh Rusia, yang dikenal sebagai OPEC+, telah mempertahankan kebijakan produksinya tidak berubah. Kelompok tersebut akan memutuskan pada bulan Maret apakah akan memperpanjang pengurangan produksi minyak sukarela yang berlaku pada kuartal pertama 2024.

OPEC+ merencanakan pengurangan produksi sebesar 2,2 juta barel per hari untuk kuartal pertama 2024, seperti yang diumumkan pada November.

Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.

[Gambas:Video CNBC]


Artikel Selanjutnya


Ulah China, Harga Minyak Jatuh ke Level Terendah 6 Bulan

(saw/saw)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts