Pasar SBN Masih Diburu Investor, Yieldnya Turun Lagi

Jakarta, CNBC Indonesia – Harga obligasi pemerintah atau Surat Berharga Negara (SBN) ditutup menguat pada perdagangan Senin (9/1/2023), di mana investor masih memburunya karena mereka masih cenderung khawatir dengan potensi resesi global.

Read More

Investor kembali memburu SBN pada hari ini, ditandai dengan turunnya imbal hasil (yield) di seluruh tenor SBN acuan.

Melansir data dari Refinitiv, SBN tenor 10 tahun yang merupakan SBN acuan negara menjadi yang paling besar penurunan yield-nya pada hari ini yakni sebesar 3,1 basis poin (bp) ke posisi 6,935%.

Yield berlawanan arah dari harga, sehingga turunnya yield menunjukkan harga obligasi yang sedang menguat, demikian juga sebaliknya. Satuan penghitungan basis poin setara dengan 1/100 dari 1%.

Hingga hari ini, investor masih memburu pasar obligasi pemerintah RI. Tak hanya investor lokal saja, bahkan investor asing juga tercatat terus memburu SBN.

Berdasarkan data dari Bank Indonesia (BI), dari 2 Januari hingga 5 Januari 2023, pasar SBN RI mencatatkan inflow sebesar Rp 9,74 triliun.

“Selama tahun 2023, berdasarkan data setelmen s.d. 5 Januari 2023, nonresiden beli neto Rp6,68 triliun di pasar SBN dan jual neto Rp2,91 triliun di pasar saham,” tulis Bank Indonesia dalam siaran pers, dikutip Minggu (8/1/2023).

Adapun berdasarkan data dari Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan, dari 2 Januari 2023 hingga 3 Januari 2023, tercatat inflow asing di SBN mencapai Rp 1,8 triliun.

Adanya potensi resesi global membuat investor cenderung melepas aset berisiko seperti saham dan kembali memburu aset safe haven seperti obligasi pemerintah atau SBN.

Kabar dari potensi resesi global sejatinya telah berhembus sejak akhir 2022, tepatnya sekitar November-Desember 2022, di mana hal ini sebagai dampak tidak langsung dari masih tingginya inflasi dan terus agresifnya bank sentral di Negara Maju dalam menaikkan suku bunga acuannya, meski lajunya telah dikurangi.

Potensi resesi global semakin ‘santer’ terdengar setelah Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF) memproyeksikan ekonomi global di tahun 2023.

Menurut Direktur Pelaksana IMF, Kristalina Georgieva, sepertiga dari ekonomi dunia akan mengalami resesi. Bahkan, tiga mesin utama ekonomi dunia yakni Amerika Serikat (AS), Uni Eropa, dan China akan mengalami aktivitas ekonomi yang melemah.

“Kami memperkirakan sepertiga dari ekonomi dunia akan berada dalam resesi,” kata Georgieva kepada CBS, dikutip Reuters, Senin (2/1/2023).

Bahkan, Indonesia juga akan terkena imbasnya, meski kemungkinan tidak terlalu besar.

IMF memproyeksikan ekonomi indonesia masih akan tumbuh cukup tinggi tahun ini. Tetapi proyeksinya dipangkas menjadi 5% ketimbang sebelumnya 5,2%.

Hal yang sama juga dilakukan lembaga lainnya. Bank Dunia memberikan proyeksi produk domestik bruto (PDB) 2023 Indonesia sebesar 4,8% turun dari sebelumnya 5,1%. ADB juga sama memangkas proyeksi PDB RI dari sebelumnya 5% menjadi 4,8%.

Sementara OECD menjadi yang paling rendah memberikan proyeksi sebesar 4,7%.

Dengan adanya perlambatan ekonomi, maka hal ini akan turut mempengaruhi konsumsi masyarakat dan tentunya pola investasi. Sehingga, investor cenderung bermain aman dengan memburu aset safe haven, salah satunya yakni SBN.

TIM RISET CNBC INDONESIA

[Gambas:Video CNBC]


Artikel Selanjutnya


Akhir Pekan Investor Buru SBN, Yieldnya Melandai

(chd/chd)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts