Pejabat The Fed Berulah, Harga Minyak Terpangkas

Jakarta, CNBC IndonesiaHarga minyak mentah dunia pekan ini masih terpantau di picu oleh membaiknya permintaan dari China pasca pelonggaran kebijakan Zero Covid yang selama ini menghambat mobilitas masyarakat.

Read More

Namun penguatan pekan ini tak se-signifikan pekan sebelumnya yang bida diatas7%. Pekan ini, harga minyak kontrak jenis Brent hanya mampu naik 2,76%% secarapoint-to-point (ptp) ke US$ 87,63 per barel.

Sedangkan untuk minyak kontrak jenis light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) naik 1,82% ke US$ 81,31 per barel pekan ini.

Namun posisi minyak jenis Brent saat ini merupakan posisi tertingginya dalam 2 bulan terakhir, tepatnya sejak 18 November 2022. Sementara jenis WTI juga mengalami hal yang salam, tertinggi sejak 22 November 2022.

Pada perdagangan akhir pekan Jumat (20/1/2023) harga minyak mentah Brent tercatat di US$ 87,63 per barel, naik 1,71% dibandingkan hari sebelumnya. Sedangkan jenislight sweet atau West Texs Intermediate (WTI) menguat 1,22% menjadi US$81,31 per barel.



Pekan ini, harga minyak tercatat hanya sekali terkoreksi. Minyak jenis Brent sempat turun 1,09% ke US$ 84,98 per barel, sementara jenis WTI sempat melemah 0,97% ke US$ 79,48 per baret pada perdagangan Rabu (10/1/2023). Ini dipicu oleh pelaku pasar khawatir akan kemungkinan resesi Amerika Serikat.

Pasar seperti dibuat labil akan reaksinya. Pasar pada awalnya bereaksi positif terhadap data AS, yang menunjukkan penjualan ritel dan produksi manufaktur turun lebih dari perkiraan pada Desember.

Kemudian berbalik rugi karena komentar hawkish dari pejabat Federal Reserve (Fed) AS yang memicu kekhawatiran bahwa bank sentral mungkin tidak menghentikan kenaikan suku bunga dalam waktu dekat.

Namun, Presiden Fed St. LouisJames Bullard dan Presiden Fed ClevelandLoretta Mestermengatakan suku bunga perlu naik melampaui 5% untuk mengendalikan inflasi.

Untungnya, pekan ini sentimen positif pemulihan ekonomi China masih mendominasi pasar. Menurut Badan Energi Internasional (IEA), pencabutan pembatasanChinaakanmeningkatkan permintaan minyak global ke rekor tertinggi tahun ini.

Permintaan minyak di China kini kembali meningkat hampir 1 juta barel per hari (bph) pada November 2022 menjadi 15,41 juta bph. Ini merupakan level tertinggi sejak Februari 2022 lalu.

Oleh sebab itu, pasar energi pun diperkirakan akan ketat pada 2023 terutama jika China pulih saat pasokan minyak Rusia tersendat akibat sanksi.

Di sisi lain, analis memperkirakan penarikan stok minyak mentah AS sekitar 600.000 barel pekan lalu, jajak pendapat Reuters menunjukkan,yang dapat memberikan beberapa dukungan harga.

TIM RISET CNBC INDONESIA

[Gambas:Video CNBC]


Artikel Selanjutnya


Alert! Harga Minyak Dunia Ambruk ke Bawah US$ 90/barel

(aum/aum)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts