Pekan Suram buat Batu Bara, Harganya Anjlok 7,4%

Jakarta, CNBC Indonesia – Harga batu bara merosot tajam selama sepekan di tengah sejumlah sentimen negatif yang mewarnai pasar.

Read More

Harga batu bara kontrak Juli di pasar ICE Newcastle ambles 7,41% dalam sepekan ke posisi US$133,05/ton.

Pada Jumat (16/6), harga si batu hitam ambles 4,76% secara harian setelah sempat rebound 2,61% pada Kamis (15/6).



Harga batu bara melemah seiring China dan Amerika Serikat (AS) mengirim kabar buruk. Bank sentral (People’s Bank of China/PBoC) pada Selasa (13/6/2023) memangkas suku bunga seven-day reverse repurchase rate sebesar 10 basis poin (bp) menjadi 1,9%. Pelonggaran kebijakan moneter ini menjadi yang pertama dilakukan PBoC sejak Agustus tahun lalu.

Bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed) memilih untuk menahan suku bunga acuan di kisaran 5,0-5,25% pada rapat yang berakhir Kamis dini hari waktu Indonesia. Namun, harapan pasar untuk melihat peluang pemangkasan suku bunga dalam waktu dekat harus dikubur dalam-dalam.

Siklus suku bunga tinggi juga diproyeksi belum akan berakhir. The Fed bahkan mengisyaratkan untuk tetap menaikkan suku bunga dua kali lagi tahun ini.
Keputusan The Fed bisa membawa ekonomi AS ke jurang resesi dan menahan pertumbuhan global. Kondisi ini bisa membuat harga batu bara melemah karena permintaan turun.

Harga batu bara juga melemah karena aksi obral dari pedagang Eropa. Pedagang Eropa mengekspor kembali batu bara mereka yang dibeli tahun lalu karena anjloknya permintaan. Di sisi lain, pasokan menumpuk.

Impor batu bara Eropa turun tajam hingga 41% pada Juni tahun ini dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Gabungan impor dari Belanda Jerman, Belgia, Prancis, Inggris, Italia, dan Spanyol diperkirakan hanya mencapai 5,1 juta ton pada Juni, turun 22% dari Mei 2023. Impor tersebut adalah yang terendah sejak Juni 2021. Melemahnya impor disebabkan oleh lebih murahnya harga gas.


Harga batu bara juga tetap melandai meskipun permintaan dari kawasan Asia diproyeksi naik karena ada gelombang panas yang melandai Jepang, Korea Selatan, dan Taiwan.

Suhu di kota-kota utama di Beijing, Tokyo, dan Taipei meningkat 4% di atas rata-ratanya. Suhu diperkirakan akan tetap tinggi dalam beberapa hari ke depan.

Gelombang panas di Jepang, China, dan Korea Selatan diperkirakan akan meningkatkan penggunaan pendingin ruangan. Kondisi ini bisa meningkatkan pembakaran batu bara sehingga permintaan impor diharapkan menanjak.

India juga mengeluarkan kebijakan baru yang seharusnya berdampak positif ke batu-bara meskipun dampaknya belum terlihat.

Kementerian Listrik India, Senin (12/6/2023), mengumumkan mengenai kewajiban operasi dengan kapasitas penuh bagi pembangkit yang menggunakan batu bara impor hingga 30 September mendatang.

Produksi dengan kapasitas penuh tersebut untuk memenuhi tingginya permintaan listrik di tengah suhu udara yang terus meningkat.

Wilayah India bagian tengah, utara, dan barat daya menghadapi gelombang panas sejak pekan lalu dengan suhu menembus 42-44 derajat Celcius.

Gelombang panas diperkirakan masih akan berlanjut pada beberapa hari ke depan. India juga akan menghadapi musim hujan pada beberapa bulan ke dean yang akan membuat produksi batu bara menurun.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

[Gambas:Video CNBC]



Artikel Selanjutnya


India Umumkan Aturan Darurat Soal Batu Bara, RI Bakal Untung?

(haa/haa)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts