Pelaku Pasar Kini ‘Berdoa’ Agar Terjadi Resesi, Kok Bisa?

Jakarta, CNBC Indonesia – Resesi sepertinya hampir pasti akan terjadi di Amerika Serikat (AS) dan Barat lainnya, di mana bank sentralnya sangat agresif menaikkan suku bunga guna meredam inflasi.

Read More

Kontraksi perekonomian setidaknya dalam dua kuartal beruntun tersebut selalu dipandang buruk. Tetapi, kali ini resesi justru dikatakan bisa menyelesaikan tiga masalah pelik yang dialami perekonomian.

Hal tersebut diungkapkan oleh Nicholas Colas, co-founder DataTrek.

“Pasar melihat resesi sebagai ‘fitur, bukan bug’,” kata Colas sebagaimana dilansir Business Insider, Jumat (21/4/2023).

Adapun tiga masalah tersebut yakni Inflasi tinggi, bank sentral AS (The Fed) yang agresif menaikkan suku bunga, dan penurunan produktivitas di pasar tenaga kerja.

Colas mengatakan, sejak 1960, ketiga masalah tersebut bisa terselesaikan dengan cepat ketik resesi terjadi.

“Pasar saham AS tidak hanya melihat resesi yang lalu dan yang akan datang, tetapi benar-benar menanti perekonomian mengalami kontraksi,” tambah Colas.

Meski demikian, banyak analis memprediksi pasar saham Amerika Serikat (Wall Street) akan mengalami kemerosotan jangka pendek saat resesi terjadi. Analis dari JP Morgan misalnya, memprediksi Wall Street akan jeblok setidaknya 15% walaupun resesi yang terjadi tergolong ringan.

Investor legendaris, Jeremy Grantham bahkan memprediksi Wall Street bisa anjlok hingga 50% akibat aset-aset yang saat ini disebut bubble.

[Gambas:Video CNBC]



Artikel Selanjutnya


Jelang Pengumuman Suku Bunga The Fed, Wall Street Dibuka Flat

(pap/pap)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts