PGEO Lirik Potensi Hangatnya Bisnis Panas Bumi di Turki

Jakarta, CNBC Indonesia – PT Pertamina Geothermal Energy (Persero) Tbk. (PGEO) atau PGE mencari potensi bisnis hingga ke negara lain. Setelah Kenya, terbaru, anak usaha Pertamina ini terbang ke Turki untuk menggali potensi pengembangan panas bumi lebih jauh. 

Read More

“PGE serius menjajaki potensi pengembangan bisnis ke beberapa negara yang potensial untuk menjadi mitra dalam pengembangan bisnis panas bumi. Kerja sama ini menjadi salah satu strategi PGE untuk menjadi perusahaan panas bumi yang tidak hanya memimpin di Indonesia tetapi juga di kancah internasional,” kata Direktur Utama Pertamina Geothermal Energy Julfi Hadi dalam keterangan tertulis, Kamis (26/10).

Menurutnya, Turki saat ini memiliki iklim investasi bisnis panas bumi yang cukup positif. Hal ini diindikasikan dengan beberapa faktor seperti privatisasi sektor panas bumi yang dimulai sejak 2009 dan memiliki insentif yang ramah terhadap investor.

Secara khusus, insentif yang lebih menguntungkan diberikan pemerintah kepada perusahaan energi yang mengembangkan panas bumi dengan skema feed-in tariff. Insentif ini memberikan kepastian produk yang dihasilkan pengembang terserap dengan keekonomian yang layak.

Iklim yang positif ini berdampak pada peningkatan produksi panas bumi Turki yang mengalami kenaikan signifikan dari 80 megawatt (MW) menjadi 1.600 MW dalam 10 tahun terakhir, menjadikannya negara dengan pertumbuhan energi panas bumi tercepat di dunia.

“Dari kunjungan ini PGE akan melihat mitra yang potensial untuk bekerja sama dalam pengembangan panas bumi sehingga diharapkan dapat tercipta sinergi yang positif bagi kedua belah pihak di masa mendatang,” sebutnya.

Julfi juga menyebutkan pilihan berkunjung ke Turki ini didorong oleh kemajuan negara tersebut dalam pemanfaatan energi panas bumi sebagai sumber listrik untuk masyarakat.

“Saat ini, Turki merupakan negara dengan kapasitas terpasang panas bumi terbesar keempat di dunia. Ini yang menjadi salah satu alasan mengapa kami berkunjung ke sini,” sebutnya.

Merujuk data Kementerian Energi dan Sumber Daya Alam Turki yang dikutip dari Anatolian Agency, kapasitas terpasang pembangkit listrik tenaga panas bumi di negara tersebut mencapai 1.691 MW.

Meski demikian, tingkat konsumsi energi per kapita Turki saat ini hanya mencapai sekitar 3,8 MW per tahun, yang masih jauh di bawah standar Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) sebesar 8 MW per tahun. Hal ini mengindikasikan bahwa potensi pemanfaatan energi panas bumi di Turki masih belum sepenuhnya tergali.

Semebtaea, Duta Besar RI untuk Turki Achmad Rizal Purnama mengatakan, dengan semua potensi yang dimiliki, pemanfaatan energi panas bumi di Turki masih sangat mungkin untuk digali lebih dalam lagi.

“Kami optimis kunjungan ini dapat menjadi pintu kerja sama pengembangan panas bumi bagi Indonesia dan Turki yang akan memberikan manfaat bagi banyak pihak,” imbuhnya.

Dari kunjungan ini PGE mendapatkan berbagai informasi terkait pemanfaatan teknologi dan strategi operasional yang diterapkan perusahaan pengembang panas bumi di Turki yang dapat dipertimbangkan dalam mendukung rencana Perseroan untuk memaksimalkan potensi panas bumi di dalam negeri guna menjadi perusahaan panas bumi dengan 1 gigawatt (GW) kapasitas terpasang dalam dua tahun mendatang.

Kunjungan bisnis ke luar negeri ini menjadi kali kedua yang telah dilakukan PGE di bawah kepemimpinan Julfi.

Sebelumnya, Julfi turut serta dalam kunjungan kenegaraan yang dipimpin Presiden RI Joko Widodo dan Direktur Utama PT Pertamina Nicke Widyawati ke Kenya. Kunjungan tersebut menjadi langkah pertama PGE membuka kerjasama bisnis panas bumi internasional dengan ditandatanganinya kesepakatan dengan Africa Geothermal International Limited (AGIL) dan Geothermal Development Company (GDC).

[Gambas:Video CNBC]


Artikel Selanjutnya


Saham PGEO Terbang, Gara-gara Kerja Sama dengan Afrika?

(mkh/mkh)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts