Putin & Arab Desak OPEC+ Pangkas Produksi, Minyak Terkerek


Read More

Jakarta, CNBC Indonesia – Harga minyak mentah dunia kompak dibuka menguat setelah penurunan enam hari beruntun dan menjadi penurunan ke level terendah dalam 6 bulan. Kenaikan pagi ini setelah desakan Putin dan pangeran mahkota Arab Saudi untuk negara OPEC+ lainnya dalam pemangkasan produksi minyak lebih dalam.

Harga minyak mentah WTI dibuka lebih tinggi 0,61% di posisi US$69,76 per barel, begitu juga dengan harga minyak mentah brent dibuka menguat 0,07% ke posisi US$74,63 per barel.


Pada perdagangan Kamis (7/12/2023), harga minyak mentah WTI ditutup melemah 0,06% di posisi US$69,34 per barel, sementara harga minyak mentah brent ditutup naik 0,38% ke posisi US$74,58 per barel.

Kedua benchmark minyak tersebut mencatatkan harga terendah sejak akhir Juni.

Harga minyak turun pada perdagangan Kamis ke posisi terendah dalam enam bulan, karena investor khawatir tentang lesunya permintaan energi di Amerika Serikat (AS) dan China sementara produksi dari AS masih mendekati rekor tertinggi.

Harga bulan depan untuk Brent mulai diperdagangkan pada minggu ini dengan potongan harga LCOc1-LCOc7 dalam setengah tahun untuk pertama kalinya sejak bulan Juni, sebuah sinyal bahwa para pedagang percaya bahwa pasar mungkin telah mengalami kelebihan pasokan.

“Dengan importir minyak terbesar dunia (China) menutup dahaganya terhadap minyak mentah, tekanan tetap ada pada harga karena produsen terbesar, Amerika Serikat, terus melanjutkan produksinya,” ujar analis PVM Oil, John Evans.

Produksi AS tetap mendekati rekor tertinggi lebih dari 13 juta barel per hari, menurut data Administrasi Informasi Energi AS pada hari Rabu kemarin.

Stok bensin AS (USOILG=ECI) naik 5,4 juta barel pada pekan lalu menjadi 223,6 juta barel, menurut data EIA, lebih dari lima kali lipat peningkatan 1 juta barel yang diperkirakan.

Kekhawatiran terhadap perekonomian China juga membatasi kenaikan harga minyak.

Data bea cukai China menunjukkan bahwa impor minyak mentah pada bulan November turun 9% dari tahun sebelumnya karena tingkat persediaan yang tinggi, indikator ekonomi yang lemah dan melambatnya pesanan dari penyulingan independen melemahkan permintaan.

Meskipun total impor China turun secara bulanan, ekspor tumbuh pada bulan November untuk pertama kalinya dalam enam bulan, menunjukkan peningkatan arus perdagangan global yang mungkin membantu sektor manufaktur.

Lembaga pemeringkat Moody’s memberikan peringatan penurunan peringkat pada Hong Kong, Makau dan banyak perusahaan milik negara serta bank China pada hari Rabu, sehari setelah lembaga tersebut memberikan peringatan penurunan peringkat pada peringkat kredit negara China.

Harga minyak telah turun sekitar 10% sejak OPEC+, Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya, mengumumkan pengurangan produksi sukarela sebesar 2,2 juta barel per hari (bph) untuk kuartal pertama tahun depan.

“Pasar tampaknya menunjukkan bahwa mereka tidak percaya OPEC+ memiliki kemampuan untuk menindaklanjuti pengurangan produksi mereka,” ujar Phil Flynn, analis Price Futures Group di Chicago.

Arab Saudi dan Rusia, dua eksportir minyak terbesar, pada hari Kamis menyerukan semua anggota OPEC+ untuk bergabung dalam perjanjian pengurangan produksi demi kebaikan perekonomian global.

Presiden Rusia Vladimir Putin dan Putra Mahkota Saudi Mohammed bin Salman bertemu pada hari Rabu untuk membahas kerja sama harga minyak lebih lanjut, sementara anggota OPEC+ Aljazair mengatakan tidak akan mengesampingkan perpanjangan atau memperdalam pengurangan pasokan minyak.

Pada hari Selasa, Wakil Perdana Menteri Rusia Alexander Novak mengatakan kelompok produsen siap untuk memperkuat pengurangan pasokan minyak pada kuartal pertama tahun 2024.

Rusia telah berjanji untuk mengungkapkan lebih banyak data mengenai volume penyulingan dan ekspor bahan bakarnya setelah OPEC+ meminta Moskow untuk lebih transparan mengenai pengiriman bahan bakar rahasia dari banyak titik ekspor di seluruh negeri, sumber di OPEC+ dan perusahaan pelacakan kapal mengatakan kepada Reuters.

Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.

[Gambas:Video CNBC]


Artikel Selanjutnya


Harga Minyak Melonjak Lagi Jelang Pertemuan OPEC

(saw/saw)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts