RI Punya Cukup Senjata, Semoga Bisa Redam Badai dari Amerika

Jakarta, CNBC Indonesia – Pasar keuangan Indonesia mayoritas mencatatkan kinerja negatif pada perdagangan Rabu (2/8/2023), di tengah kabar buruk dipangkasnya peringkat utang Amerika Serikat (AS).

Ketidakpastian di pasar keuangan Indonesia diharapkan sudah mereda pada perdagangan hari ini. Selengkpanya mengenai sentimen penggerak pasar hari ini bisa dibaca pada halaman 3 dan 4 artikel ini.

Menurut data dari Bursa Efek Indonesia (BEI), IHSG pada perdagangan kemarin ditutup melemah 0,46% ke posisi 6.854,51. IHSG masih bertahan di level psikologis 6.800 pada perdagangan kemarin.

Nilai transaksi indeks pada perdagangan kemarin mencapai sekitar Rp 16 triliun, dengan melibatkan 39 miliaran saham yang berpindah tangan sebanyak 1,2 juta kali. Sebanyak 215 saham terapresiasi, 342 saham terdepresiasi, dan 191 saham lainnya stagnan.

Saat IHSG terkoreksi, investor asing justru mencatatkan aksi beli bersih (net buy) mencapai Rp 4,86 triliun di seluruh pasar pada perdagangan kemarin.

Sedangkan bursa Asia-Pasifik pada kemarin kompak terkoreksi. Namun koreksi IHSG masih lebih baik. IHSG hanya kalah dengan SETi Thailand.

Sedangkan mayoritas bursa Asia-Pasifik terkoreksi lebih dari 1%. Indeks Hang Seng Hong Kong menjadi yang paling parah koreksinya kemarin.

Berikut pergerakan IHSG dan bursa Asia-Pasifik pada perdagangan Rabu kemarin.


Sedangkan untuk mata uang rupiah pada perdagangan kemarin juga ditutup kembali melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS).

Berdasarkan data Refinitiv, rupiah mengakhiri perdagangan kemarin di posisi Rp 15,170/US$, melemah 0,4% di pasar spot. Sentimen dari aturan DHE masih belum mampu menopang rupiah kemarin.

Namun, rupiah tidak sendirian. Mayoritas mata uang Asia juga terpantau terkoreksi di hadapan The Greenback kemarin. Hanya yuan China, yen Jepang, baht Thailand, dan dolar Taiwan yang mampu melawan The Greenback.

Berikut pergerakan rupiah dan mata uang Asia pada perdagangan Rabu kemarin.


Sementara di pasar surat berharga negara (SBN), pada perdagangan kemarin harganya melemah, terlihat dari imbal hasil (yield) yang cenderung naik.

Melansir data dari Refinitiv, imbal hasil (yield) SBN tenor 10 tahun yang merupakan SBN acuan negara terpantau naik tipis 0,1 basis poin (bp) menjadi 6,268%.

Yield berlawanan arah dari harga, sehingga turunnya yield menunjukkan harga obligasi yang sedang menguat, demikian juga sebaliknya. Satuan penghitungan basis poin setara dengan 1/100 dari 1%. Ketika yield naik, maka tandanya investor sedang melepas SBN.

 


Sentimen global kembali memburuk setelah lembaga pemeringkat internasional yakni Fitch Rating menurunkan peringkat surat utang AS dari AAA menjadi AA+ yang merupakan konsekuensi dari dampak persoalan plafon utang pada Mei lalu.

Penurunan oleh Fitch ini belum pernah terjadi sebelumnya. Peringkat AAA adalah tertinggi sementara AA+ adalah lebih rendah di bawah AAA.

“Penurunan peringkat AS mencerminkan penurunan fiskal yang diyakini akan terjadi selama tiga tahun ke depan, beban utang pemerintah tinggi dan terus meningkat, dan erosi tata kelola relatif terhadap negara-negara lain yang berperingkat ‘AA’ dan ‘AAA’ dalam dua dekade terakhir yang telah tercermin dalam kebuntuan batas utang yang berulang-ulang dan resolusi di saat-saat terakhir,” ujar Fitch Ratings.

Penurunan atau downgrade peringkat utang AS dapat membuat ketidakpastian global kembali meninggi dan tentunya membuat volatilitas pasar semakin membesar, termasuk di pasar keuangan Indonesia.

Bahkan, ketidakpastian global ini sempat disinggung oleh Menteri Keuangan RI, Sri Mulyani Indrawati.
Dalam konferensi pers Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) Sri Mulyani memperingatkan dampak inflasi tinggi di negara maju terhadap nilai tukar mata uang negara berkembang.

“Tekanan inflasi dipengaruhi oleh perekonomian yang masih tetap kuat dan pasar tenaga kerja yang relatif ketat,” ungkap Sri Mulyani usai rapat KSSK, Selasa (1/8/2023).

Kondisi tersebut diperkirakan akan kembali mempengaruhi kebijakan moneter negara maju, dengan kenaikan suku bunga acuan, khususnya dari bank sentral Negeri Paman Sam (Federal Reserve/The Fed) yang belum lama ini baru saja menaikkan policy rate (Federal Fund Rate/FFR) sebesar 25 basis poin (bp).

Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts