Rupiah Lebih Perkasa Saat Ini, Dibanding Era Taper Tantrum

Jakarta, CNBC Indonesia – Ekonom Bank Danamon Irman Faiz mengatakan kondisi Rupiah saat ini lebih perkasa ketimbang pada saat periode taper tantrum 2013. Dia menjelaskan ada sejumlah faktor fundamental yang membuat posisi Rupiah lebih stabil meskipun belakangan ini mengalami pelemahan secara beruntun.

Read More

“Kalau kita bandingkan dengan periode taper tantrum Rupiah memang jauh lebih stabil karena kita lihat fundamentalnya berbeda dengan periode taper tantrum,” kata Irman dalam Central Banking CNBC Indonesia, dikutip Selasa (15/8/2023).

Irman mengatakan keadaan current account atau selisih antara nilai ekspor-impor Indonesia saat ini dengan periode taper tantrum menjadi faktor pertama. Menurut dia, pada saat taper tantrum terjadi kondisi current account Indonesia mengalami defisit. Kondisi itu membuat permintaan US$ di Indonesia menjadi tinggi.

“Saat taper tantrum kita tahu current account defisit menjadi isu yang terbesar,” kata dia.

Sementara, saat ini current account Indonesia mengalami surplus selama 38 bulan terakhir. Meskipun, kata dia, jumlahnya mengecil karena tahun ini terjadi koreksi akibat harga komoditas ekspor Indonesia menurun.

Irman mengatakan faktor kedua yang membuat kondisi Rupiah saat ini lebih baik adalah persentase kepemilikan surat utang. Dia bilang saat kepemilikan surat utang oleh asing jauh lebih kecil dibandingkan periode taper tantrum. Dia mengatakan pada saat periode taper tantrum asing memegang 30% surat utang yang diterbitkan, sementara saat ini persentasenya hanya 14%-15%. “Setengah dari kepemilikan asing ini sudah menurun dan pindah ke domestik,” kata dia.

Menurut Irman, persentase kepemilikan domestik terhadap surat utang yang lebih banyak itu membuat kondisi perekonomian Indonesia jauh lebih resisten terhadap gejolak ekonomi global. “Ketika aset domestik dimiliki asing, fenomena atau dinamika global dengan cepat merambat ke domestik,” kata dia.

Rupiah makin ambruk melawan dolar Amerika Serikat (AS) menembus ke atas level psikologis Rp15.300/US$. Merujuk data Refinitiv, mata uang Garuda ditutup ambles 0,66% secara harian ke posisi Rp15.310/US$ di pasar spot pada perdagangan kemarin, Senin (14/8/2023). Ini merupakan posisi terlemah sejak 23 Maret 2023 atau lebih dari empat bulan lalu.

Persentase pelemahan secara harian tersebut juga menjadi depresiasi terdalam sejak 6 Februari 2023 atau enam bulan terakhir dimana rupiah sempat ambruk lebih dari 1% hanya dalam satu hari.

Meningkatnya ketidakpastian pada pekan ini terutama dari eksternal menjadi salah satu alasan rupiah ambles. Dari negeri Paman Sam pelaku pasar menanti rilis risalah Federal Open Market Committee (FOMC) pada Kamis dini hari nanti.

[Gambas:Video CNBC]


Artikel Selanjutnya


Terseok-Seok, Tak Disangka Rupiah Bisa Bangkit ke Bawah 15000

(haa/haa)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts