Sanksi ke Rusia Belum Ampuh, Harga Minyak Turun Tipis

Jakarta, CNBC Indonesia – Harga minyak mentah melandai setelah melonjak tajam pada akhir pekan lalu. Belum efektifnya sanksi kepada minyak mentah Rusia menjadi salah satu faktor melandainya harga.

Read More

Pada perdagangan Senin (23/1/2023) harga minyak mentah Brent terpantau melandai tipis 0,52% menjadi US$ 87,17 per barel. Sementara jenislight sweetatau West Texas Intermediate harganya US$ 81,24 per barel, melemah 0,09%

Pelemahan pagi hari ini berbanding terbalik dengan kinerja minyak mentah pada akhir pekan lalu. Pada perdagangan Jumat (20/1/2023), harga minyak Brent melesat 1,71% sementara WTI menguat 1,22%.





Melonjaknya harga minyak mentah pada akhir pekan lalu ditopang oleh optimisme kenaikan permintaan dari China setelah negara tersebut melonggarkan kebijakan Covid-19 nya.

Permintaan dari China semula diperkirakan bisa membuat keseimbangan pasokan global terganggu. Namun, kekhawatiran tersebut sedikit mengendur karena pemasok besar Rusia masih menjual minyak dengan harga murah ke China.

Impor minyak mentah China dari Rusia melonjak 8% pada 2022 dari tahun sebelumnya menjadi 86,25 juta ton, setara dengan 1,72 juta barel per hari (bph).

Data lain juga menunjukkan jika sanksi Negara Barat ke minyak Rusia belum berhasil. Seperti diketahui, Negara Barat memberlakukan sanksi berupa batas harga atau price cap sebesar US$ 60 per barel.

Namun, dilansir dari Reuters, data Kpler menunjukkan penerimaan Rusia dari sektor energi masih tinggi. Sanksi Dunia Barat ke Negara Beruang Merah belum cukup mampu menekan penerimaan tersebut.

Pasalnya, Moscow menerima penerimaan lebih juga dari jasa ekspor minyak mereka berupa jasa sewa kapal dan asuransi.  Dengan permintaan yang melonjak dari China dan India maka penerimaan tersebut masih tetap tinggi.

“China dan India semakin jarang dan menjauh dari jasa kapal dan asuransi Dunia Barat. Ini menguntungkan Rusia,” tutur Katona, dikutip dari Reuters.

Rusia diperkirakan menjual minyak mereka dengan harga US$ 35 per barel. Jauh lebih murah dibandingkan harga cap US$ 60 per barel.

Namun, jasa kapal dan asuransi membuat Rusia tetap mendapatkan penerimaan sebesar US$ 60-65 per barel untuk ekspor mereka.

“Sanksi batas harga jelas sebuah kegagalan besar karena tidak menyentuh persoalan utama di pembeli akhir. Harga tetap tinggi karena pengapalan dilakukan di Rusia,” imbuh Katona.

Selain pasokan dari Rusia, pasokan minyak mentah Amerika Serikat (AS) juga masih sangat tinggi. Hingga 13 Januari 2023, pasokan minyak mentah AS naik 8,4 juta barel sepekan menjadi 448 juta barel. Pasokan tersebut adalah yang tertinggi sejak Juni 2201.

Besarnya cadangan minyak dari Rusia dan AS membuat kekhawatiran akan ketatnya pasokan minyak global mengendur sehingga harganya turun tipis.

TIM RISET CNBC INDONESIA

[Gambas:Video CNBC]


Artikel Selanjutnya


Kabar Baik Bagi RI, Harga Minyak Mentah Merosot 3%!

(mae/mae)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts